Pages

09 June, 2015

[Review buku] Bilangan fu

Judul: Bilangan Fu
Penulis: Ayu utami
Penerbit: KPG
Dimensi: x + 537 hlm, 13.5 x 20 cm, cetakan pertama Juni 2008
ISBN: 978 979 91 0122 8

GILA!!
Fyuuh.. itu kata yang terlintas saat menyelesaikan novel ini. Kebayang berapa lama nyiapin data, riset serta beragam dukungan dalam melahirkan novel ini. Beragam isu dari agama, feminisme, pewayangan, filsafat, dan lainnya sarat sekali di sini. Pertama saya membaca novel ini, saya merasa agak deja vu dengan dua penulis. Kesan surealis--meski tak sepenuhnya novel ini surealis--yang saya dapatkan di novel ini membuat saya teringat karya Eka Kurniawan di 'Cantik itu luka'. Sedangkan pembahasan agama, mengingatkan saya pada seri supernova karya Dewi lestari, hanya saja bahasa yang digunakan ayu utami lebih berat.

Melalui tiga tokoh utama dalam buku ini, saya mempelajari sedikit tentang babad tanah jawi, legenda dan kaitannya dengan alam, serta ilmu geologi. Adalah Yuda, yang memosisikan dirinya sebagai iblis, seorang pemanjat tebing yang skeptis dan senang sekali bertaruh, serta melecehkan nilai-nilai masyarakat. Lalu Marja, kekasih Yuda, manusia yang bertubuh kuda teji dan berjiwa matahari. Dan Parang Jati, si malaikat, seorang pemuda berjari dua belas yang terbiasa menanggung duka dunia. Kisah mereka berkelindan dan diawali dari sebuah kejadian aneh, yakni kebangkitan orang mati dari kubur hingga penyelamatan perbukitan gamping di selatan jawa.    

Di antara kisah tersebut, ada sebuah misteri tentang bilangan fu. Bilangan yang bila dikalikan satu hasilnya sama dengan satu dibagi bilangan tersebut, dan bilangan itu bukanlah satu. Dari bilangan fu tersebut, tokoh dalam cerita ini menapaktilasi sejarah bilangan yang purba, yang bila dirunut berdampak pada pemikiran manusia sejak zaman pitecantropus erectus. Juga berkelindan dengan legenda dan mitos setempat.

Satu hal yang saya suka ada di halaman 463, saat penulis membuat jarak dengan tokohnya. Ia membuat seakan-akan cerita ini nyata, ditulis oleh yuda dan beberapa catatan parang jati yang dikisahkan dan ditulis ulang oleh ayu utami. Seakan mereka semua hidup. Cara yang menarik untuk menghidupkan semua tokoh dalam tulisannya.

Secara isi, saya suka dengan ide yang diusung oleh sang penulis. Ia menyebutnya spiritualisme kritis, mengangkat wacana spiritual, keagamaan, kebatinan, maupun mistik ke dalam kerangka yang menghormatinya sekaligus bersikap kritis kepadanya, tanpa terjebak dakwah hitam dan putih. Terlepas dari kontroversi muatannya, saya kira membaca novel ini cukup dinikmati sebagai fiksi, bacaan ringan, dan kesungguhan yang diperlihatkan penulis dalam membangun kerangka pikirnya dengan riset. Saya apresiasi 4 dari 5 bintang. Tadinya mau saya beri nilai sempurna, tapi ada banyak kata yang baru saya temukan dan menambah kosakata saya, dan itu mengurangi kesenangan saya. Sebab membuat bingung, harus mencari tahu, dan ketika dipadankan, ternyata bahasanya masih 'terlalu tinggi' buat saya.. hahah... but so far, I really enjoy read this novel!

"Hanya kebaikan yang boleh mewujud hari ini. Kebenaran harus kau pikul agar jangan jatuh ke tanah dan menyentuh bumi, menjelma, hari ini. Sebab, jika kebenaran menjelma hari ini, ia menjelma kekuasaan.
Tapi kau juga tak boleh membuang kebenaran dari pundakmu seperti benda tak berharga. Sebab, jika demikian, maka engkaulah si congkak berhati degil itu.
Kau, sekali lagi, harus memikulnya, agar jangan ia menyentuh tanah dan menjelma kekuasaan.
Mengertikah kau? Kukira tidak. Aku tahu, butuh waktu bagimu untuk mengerti." (Hal. 408)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget