Pages

20 June, 2015

[Review buku] Aku, kau & KUA

Judul: Aku, kau & KUA
Penulis: @tweetnikah
Penerbit: Elex media komputindo
Dimensi: xxviii + 196 hlm, cetakan keempat Juli 2013 edisi revisi
ISBN: 978 602 02 1735 2

Buku yang provokatif mengajak kita segera melanggengkan hubungan ke KUA hahah...

Pembahasannya bisa ditebak, tidak jauh tentang nikah. Akun pseudonymnya aja menegaskan hal itu. Mulai dari apa saja yang harus disiapkan sebelum kita meresmikan ke KUA, seperti persiapan mental, emosi, finansial, dilengkapi beberapa pertanyaan yang detail dan cukup membantu di halaman 14, untuk menyamakan persepsi dan mengclearkan informasi dengan pasangan. Lalu berlanjut ke beragam cara menjemput jodoh, dari dunia nyata hingga dunia maya. Bahkan ada mr.z salah satu follower di @tweetnikah yang gigih mencari dari twitter dan ditampilkan dalam buku ini capture-capture usahanya. Juga penjelasan baik buruk pacaran dan ta'aruf, yang tentu saja lebih disarankan untuk ta'aruf. Berlanjut ke cara mendapat restu dari orangtua, memenangkan hati mereka dengan mempelajari karakter mereka. Hal paling penting dalam sebuah hubungan, yakni tentang komunikasi. Berlanjut lagi ke lamaran, wali nikah, mahar, dan resepsi. Beragan cerita hingga kisag nyata yang ditampilkan dalam penyelenggaraan resepsi yang murah dan di bawah sepuluh juta. Sebab yang membuat sulit adalah gengsi kita. Curhatan beragam follower @tweetnikah yang bahkan tak cukup dibalas dalam 140 karakter. Terakhir mengintip pernikahan yang sudah berjalan dan kisah yang memotivasi untuk bertahan dalam mencintai. Ditutup dengan foto-foto follower yang menikah dan berpose dengan kertas bertuliskan @tweetnikah.

Temanya memang mainstream. Tapi pengemasannya menarik, gaya bahasanya ringan dan interaktif. Serta diselingi beragam ilustrasi, capture, foto, puisi dan kisah motivasi. Salah satu puisi yang paling saya suka ada di halaman 96. Membuat saya suka dan mengapresiasi buku ini 5 dari 5 bintang.

"Membuktikan cinta adalah dengan melamar dan menikahinya dengan resmi. Dan itu dilakukan oleh laki-laki dengan mendatangi keluarga wanita yang dia cintai, bukan dengan meminta wanita menyerahkan kehormayannya untuk membuktikan cinta." (Hlm. 67)

Ingat kalimat khas pemberi harapan palsu? "Santai, lihat saja nanti. Kita jalani dulu..." Sebenarnya yang enggak dia ucapkan adalah "Kita jalani aja dulu, siapa tau sambil liat kanan kiri dapat yang lebih baik dari kamu." (Hlm. 90)

"Tapi engkau tidak mengenal aku..."
"Untuk itulah seluruh sisa hidupku. Mengenalmu..." (hlm. 112)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget