Pages

19 June, 2015

[Review buku] Aleph

Judul: Aleph
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 315 hlm, 20 cm, cetakan pertama Mei 2013
ISBN: 978 979 22 946 6

"Aleph, titik di mana segala sesuatu berada di tempat serta waktu yang sama." (Hlm. 93)

Aleph adalah huruf pertama dalam bahasa ibrani dan arab. Pengertian aleph dalam buku ini sendiri adalah semacam perjalanan trans untuk mencari sebuah jawaban atas konflik yang belum selesai di masa lalu atau inkarnasi sebelumnya. Dalam buku ini, penulis menceritakan pengalaman Alephnya bersama seorang gadis bernama Hilal.

Berawal dari kejenuhan yang dirasakan penulis di usianya yang kelima puluh sembilan. Ia merasa tak ada lagi yang bisa dilakukan. Karirnya bagus, rumahnya cantik, hidupnya sangat mapan, menjalani pernikahan hampir seperempat abad dengan istri yang dicintai dan mendukungnya. Melalui pesan tersirat dari J. (Saya curiga J. yang dimaksud oleh penulis adalah jesus, tuhannya sendiri. Sebab, hingga akhir penulis tidak mengungkapkan siapa J. Misteri dan terasa terlalu bijak sebagai manusia.) yang menyarankan penulis untuk melakukan perjalanan, suatu hari saat pertemuan yang dihadiri banyak penerbit, penulis secara insting menyetujui tur beberapa negara hingga jadwalnya dua bulan ke depan mendadak padat. Awal perjalanan, sang istri sempat menemani lalu akhirnya membuat keputusan untuk membiarkan suaminya menjalani sendiri perjalanannya agar ia lebih meresapi dan menemukan apa yang ia cari. Meski ada sedikit kekhawatiran terhadap ramalan yang diucapkan seorang cenayang yang mereka temui di perjalanan. Bahwa sang suami harus berhati-hati terhadap orang Turki. Perjalanan pun berlanjut, lalu saat di moskow, penulis bertemu dengan seorang gadis muda berusia dua puluh satu tahun, pemain biola berbakat. Hanya melalui tatapan, tapi begitu membekas. Seakan mereka telah mengenal lama. Awalnya tanda itu dihiraukan ileh penulis, namun kegigihan sang gadis bernama Hilal tersebut mengusik pencarian terdalam yang sedang dilakukan oleh penulis. Siapa sangka, bahwa ternyata melalui sang gadis itulah penulis berhasil mencapai kondisi alephnya dan menemukan jawaban atas pencariannya.

Beberapa cerita, saya temukan sudah dibagikan penulis dalam bukunya "Seperti sungai yang mengalir" dan perjalanan ini sendiri mengingatkan saya pada karya penulis sebelumnya yang berjudul "Sang Alkemis". Menurut saya, buku ini begitu memiliki makna yang dalam tentang tuhan, filosofis dan agak berat. Membutuhkan fokus yang tinggi untuk mencerna makna tiap kalimatnya. Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Sekarang aku hanya butuh kau memelukku, tindakan yang sudah dikenal sejak kita mengenal kemanusiaan, tindakan yang lebih penting dari penyatuan dua tubuh. Pelukan berarti: aku tidak merasa terancam olehmu; aku bisa merasa rileks, merasa betah, merasa dilindungi dan berada dekat seseorang yang memahami aku. Konon, setiap kali kita memeluk seseorang dengan hangat, umur kita bertambah sehari." (Hlm. 196)

"Seperti Santiago, anak gembala di salah satu bukuku, kadang kau harus berkelana sampai jauh untuk menemukan apa yang sesungguhnya berada di dekatmu. Saat hujan kembali menyentuh bumi, hujan itu membawa benda-benda yang berhubungan dengan udara. Hal yang magis dan luar biasa selalu berada bersamaku dan bersama semua orang di seluruh semesta ini sepanjang waktu, namun kadang kita melupakannya dan perlu diingatkan, sekalipun kita harus melintasi benua terbesar di dunia dari ujung ke ujung. Kami membawa kembali harta karun yang mungkin akan terkubur lagi, lalu kami harus kembali berangkat mencarinya. Itulah yang membuat hidup menarik--percaya pada harta karun dan pada mukjizat." (Hlm. 292)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget