Pages

19 June, 2015

[Review buku] Seperti sungai yang mengalir

Judul: Seperti sungai yang mengalir
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: xv + 303 hlm, cetakan ketiga januari 2013
ISBN: 978 979 22 8156 9

Seperti sungai yang mengalir berisi kumpulan renungan dan cerita pendek Paulo Coelho dalam hidupnya. Sebanyak 102 judul yang berkisah tentang kehidupan, kematian, cinta, takdir, pilihan, dan lainnya yang berujung pada satu kesimpulan: mencari makna kehidupan. Beberapa ada yang serius, ada yang ringan, dan hampir semuanya memiliki makna yang dalam.

Melalui buku ini pula, saya lebih mengenal sosok paulo. Bagaimana jalan hidupnya, yang penuh liku dan sempat terjebak dalam kehidupan pragmatis sebagaimana orang biasa, sebelum akhirnya menemukan panggilan jiwanya sebagai penulis dan peziarah santiago de compostela. Saya melihat rangkaian perjalanan hidup dan iman sang penulis hingga akhirnya menjadi seperti saat ini. Sosok yang menurut saya cukup religius. Berkali ia menampakkannya dalam pilihan kata "ksatria cahaya", "peziarah" dan terbuka dengan agama mana pun meski ia tetap memilih katolik.

Salah satu cerita di halaman 252 buku ini, yang berjudul 'Sepasang Permata', mengingatkan saya akan kisah Ummu Sulaim dan Abu Thalhah di buku Bahagianya Merayakan Cinta karya Salim A Fillah halaman 404 yang lebih lengkap. Betapa, ada irisan yang sama antara agama yang berbeda dalam sebuah kisah. Semoga yang membaca lebih menitikberatkan pada hal positifnya, dibanding fokus pada perbedaannya.

Bagi yang menyukai buku atau kisah-kisah motivasi, buku ini begitu cocok. Sebab memang ada banyak cuplikan kisah dari berbagai agama, kebiasaan, negara, yang dituliskan di sini. Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Pada saat-saat demikian, hanya satu jalan yang bisa ditempuhnya, yakni pantang mundur. Terus berdoa, entah karena kewajiban ataupun rasa takut, atau karena alasan lainnya, yang penting teruslah berdoa. Teruskan saja, walau semua kelihatannya percuma.
Malaikat yang bertugas menerima doa Anda, sekaligus bertanggung jawab atas suka cita iman, telah pergi sejenak. Tetapi dia akan segera kembali, dan dia hanya akan bisa menemukan Anda kalau dia mendengar doa atau permintaan yang terucap dari mulut Anda." (Hlm. 160)

"Kita semua memulai perjalanan bersama-sama, berbagi persahabatan dan kegembiraan; namun lambat laun kebahagiaan yang mula-mula itu berganti menjadi tantangan-tantangan yang berat: rasa capek, bosan, kebimbangan-kebimbangan mengenai kemampuan-kemampuan kita. Kita perhatikan beberapa orang teman sudah menyerah di dalam hati. Mereka masih mengayuh sepeda, lebih karena mereka tidak bisa berhenti begitu saja di tengah jalan. Dan jumlah mereka semakin banyak, mengayuh di samping kendaraan pendukung--namanya adalah rutinitas--mengobrol di antara mereka sendiri, memenuhi kewajiban-kewajiban mereka, namun tidak lagi membuka mata akan segala keindahan serta tantangan-tantangan di jalan." (Hlm. 242)

"Kadang-kadang, bila kesepian telah merenggutkan semua keindahan, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan tetap membuka diri." (Hlm. 289)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget