Pages

03 June, 2015

#Day3 Tuhan tahu

Betapa bijaknya tuhan memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Sebab kita banyak hidup dari angan-angan. Saat menghadapi ujian, kita berangan bagaimana jika begini dan bukan begitu, bagaimana jika ini tak menimpaku, serta bagaimana jika lainnya. Kita lupa menikmati ujian tersebut dan memaknai hadiah apa yang ada di baliknya. Sebab, tak jarang tuhan mengirimkan hadiah istimewa melalui kurir buruk rupa. Seperti itulah masalah.

Aku sendiri, dulu sering menyalahkan tuhan, mengapa aku dibuatnya yatim di usia belia, mengapa aku diberikan uda (saudara laki-laki dalam bahasa minang) disabilitas, mengapa aku yang bungsu seharusnya manja malah berasa sulung, mengapa aku harus bertanggung jawab pada mama dan udaku serta mengapa lainnya. Perlahan saat semakin dewasa, aku memahami hadiah tuhan untukku. Ia ambil semua kemungkinan yang memungkinkanku jadi anak manja, malas, serta tak bertanggung jawab dengan mengambil fasilitas serta perantaranya. Menjadi yatim, membuatku lebih peka atas perasaan di balik senyum seseorang yang kehilangan, meski harta menyelimutinya. Memiliki uda disabilitas, membuatku tahu cara berkomunikasi dengan orang-orang luar biasa tersebut, serta menghargai begitu dalam bagi para pendampingnya. Menjadi bungsu rasa sulung, mengajarkanku untuk tetap membumi saat kaki ingin berlari dan melangit. Mendapat kehormatan dipercaya mama untuk menjaganya di hari tua, mengajarkanku tanggung jawab. Meski tidak semua langsung aku terima dengan baik. Tetap saja aku mengingkari awalnya, merasa lelah, tak seharusnya di posisi itu, tak jarang menyalahkan dan ingin meninggalkan semua itu, bertindak semauku. Tapi, semua itu menandakan bahwa manusia tetaplah manusia. Aku bersyukur pernah mengalami hal-hal yang tidak semua orang rasakan.

Kita juga sering berangan-angan atas hal yang belum hadir. Berangan tentang alangkah indahnya hidup ini bila ada dia yang menemani, misalnya. Padahal, belum tentu saat ini kita siap menerima hal itu. Bisa saja, bukannya membantu menyelesaikan atau meringankan beban hidup kita, orang yang kita harapkan itu malah jadi masalah tambahan bagi kita.

Begitulah... kita banyak hidup dengan berangan-angan. Betapa bijaknya tuhan, tak mengikuti keinginan kita yang besar kemungkinan hanya angan-angan kita sejenak yang rapuh seperti istana pasir digerus ombak laut. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, bahkan tanpa perlu kita pinta.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget