Pages

01 June, 2015

#Day1 Kamu dan Tulisanku

Suara : @dokterfina
Cerita : @kurniawangunadi
Backsound : Anonim

(c)Medan, 27 Mei 2015

MENANTI TULISANMU

Aku selalu menanti tulisanmu. Karena darimana lagi aku bisa tahu tentang apa yang sedang kamu pikirkan bila tidak dari sana. Kita tidak pernah bercakap-cakap tentang sesuatu yang dalam, hanya sebuah sapaan. Aku selalu menunggu tulisanmu. Karena darimana lagi aku bisa tahu tentang jalan pikiranmu, tentang masalah yang sedang kamu hadapi, atau tentang perasaan yang sedang kamu rasakan. Meski tulisan itu tidak sepenuhnya mewakili perasaan, setidaknya aku tahu perasaanmu masih hidup untuk nantinya aku cintai. Itu pun bila kamu mengijinkan.

Aku selalu membaca tulisanmu. Dari halaman satu hingga halaman yang aku yakin akan terus bertambah. Karena darimana lagi aku bisa mengenalmu dengan leluasa bila tidak dari sana. Aku bahkan tidak kuasa menyebut namamu di hadapan temanmu. Aku harus menunggu sepi atau malam hari untuk bisa leluasa memandang layar dan membaca berulang-ulang setiap kata yang lahir dari pikiran dan hatimu.

Aku menyukai cara jatuh cinta seperti ini. Tidak kamu tahu dan aku pun tidak harus repot-repot bertanya kesana kemari tentangmu hari ini. Teruslah menulis, karena suatu hari salah satu tulisanmu akan kuwujudkan. Tentang resahmu menunggu seseorang yang tak kamu tahu siapa, tapi kamu percaya pasti datang. Aku pasti datang.

***

Seorang kawan mengirimkan ini melalui japri pada saya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, mengapa bisa ia menujukan tulisan ini pada saya. Tapi, tulisan ini memantik sebuah kenangan. Sebab ada beberapa konteks yang memang memiliki field of experience sama dengan pengalaman saya.

Saya mulai menyadari saya menikmati menulis sejak tahun 2009, maka mulailah saya membuat blog. Bukan penulis yang selalu menerbitkan buku, tetapi saya menulis untuk menumpahkan kelebatan pikiran yang menumpuk. Menulis bagi saya menyenangkan, menenangkan, dan media untuk berbicara dengan diri saya sendiri. Membaca tulisan lama, saya menyadari fase hidup saya, serta beragam pengalaman lalu yang membentuk saya hari ini. Lewat blog, saya semakin menjadi-jadi dan bergairah menulis. Tidak pernah berharap dibaca banyak orang, atau pun menjadi tenar karenanya. Blog seperti lemari arsip saya. Kadang saya menjawab beberapa pertanyaan atau masalah dari tulisan-tulisan saya tersebut. Tentu saja, kebanyakan tulisan dalam blog saya adalah seputar diri saya dan sekitar saya. Beragam kegelisahan saya mengenai hidup, kerinduan, harapan, kekecewaan, aktivitas, dan lainnya. Hingga kini, saya masih suka mengisi blog saya.

Yang tak pernah saya sangka, dan hingga kini saya masih suka terkaget-kaget adalah bila ada yang mengingatkan saya untuk mengisi blog. Atau ada yang mengajukan friend request dan chat dengan menyatakan kekagumannya pada saya, sebab ia suka membaca blog saya. Hingga bos saya pun terkadang kepo tentang saya melalui blog. Pun teman-teman saya. Pun kamu. Meski saya tampak begitu mudah dibaca melalui blog saya, tetap saja saya begitu sulit dimengerti. Begitu ungkapmu. Dan satu hal yang saya tertawakan, saat kamu merajuk mengapa saya tak pernah menuliskan tentangmu dalam blog saya. Nada kecemburuan itu, tertangkap begitu nyata. Seharusnya kau tahu jawabnya. Meski saya begitu terbuka, tetap ada privasi yang selalu saya jaga. Seperti kamu, misalnya. Cukup saya dan tuhan yang tahu.

Melalui blog, atau tepatnya tulisan-tulisan saya, kamu senantiasa memantau keadaan saya. Kamu memberitahu saya hal itu. Bahwa kamu pun mulai jatuh cinta pada saya lewat tulisan saya. Jauh sebelum kita bertemu, kamu sudah mengenal saya melalui tulisan saya. Bahwa ada rasa pada kata-kata. Terima kasih, saya tersanjung. Hingga kini, saat kita terpisah pun... saya yakin kamu masih memantau tulisan saya, meski perhatian itu mulai berkurang. Entahlah, saya yakin saja. Tak mengapa saya dibilang GR.

Tapi, meskipun itu tidak benar, saya akan tetap menulis. Mengabarkan pada dunia saya masih baik-baik saja. Meski dunia saya hancur, saya masih bisa menulis. Mengabarkan hati saya. Maka, bila suatu hari nanti tulisan-tulisan saya berhenti, mungkin itulah saat perpisahan yang nyata.

Meta morfillah

1 comment:

Text Widget