Pages

15 June, 2015

#Day16 Seperti Fatimah dan Ali

Wanita itu, menyimpan sebuah nama di hatinya. Namun tak memaksa tuhan untuk mewujudkannya. Sejujurnya, ia tidak memiliki ekspektasi apa pun pada hal yang tidak ia kuasai, seperti masa depan. Ia hanya tahu, bahwa ia harus menjadi lebih baik tiap harinya. Membersamai orang-orang baik, agar terpercik kebaikan mereka. Meski kadang kenaifannya muncul, saat dirinya ingin agar nama dalam hatinyalah yang mengejawantah. Tapi ia hanya memendamnya. Cinta dalam hening dan sebuah pernyataan yang ingin dilontarkan pada sang lelaki, "Hanya kamu yang tahu, berapa lama lagi aku harus menunggu."

Lelaki itu, menyimpan sebuah nama dalam hatinya. Meski ia tak ingin mendikte tuhan untuk mewujudkannya. Ia hanya berusaha mencapai kestabilan yang sudah ia ukur. Sambil berharap tiap hari, agar tuhan menjaga nama itu dan menyibukkannya dengan waktu yang panjang untuk dihabiskan bersama orangtuanya, sebelum dihabiskan bersamanya. Sesekali berharap agar nama itu sabar dalam penantiannya. Semoga tak diambil orang. Meski bila itu terjadi, ia akan tetap berusaha baik saja. Sebab, memang ia telah lama membuat nama itu menunggu. Tak ada yang tahu. Ia menyimpan nama itu baik-baik. Terkadang hatinya jeri, saat mendengar ada lelaki lain yang mencalonkan diri. Lalu lega kembali, saat mendengar wanita tersebut masih available. Terpecut untuk cepat melipat waktu dan mendatangi orangtua sang wanita.

Lelaki dan wanita itu... sama-sama tak tahu bahwa rasanya bersambut. Mereka sama-sama merasa tak pernah cukup baik dan pantas mendampingi satu sama lain. Tapi mereka ingin. Mereka saling melihat potensi yang besar bila mereka mewujud dan bersinergi. Hanya saja, di ambang usia... di penghujung waktu... semua harus dimulai. Memang lelaki yang memilih awalnya, tapi pada akhirnya wanitalah penentu. Sang wanita mulai khawatir... sampai kapan ia harus menolak lelaki yang datang? Kapan lelaki yang namanya disimpan di hatinya berani muncul meminta? Ia mulai resah menerka-nerka. Sementara sang lelaki mulai khawatir... segala yang diupayakan nampak tak berarti, bila disandingkan dengan para lelaki yang meminta sang wanita. Keberaniannya ciut. Kapan ia akan meminta? Sampai kapan ia harus memandang dari jauh?

Apakah kisah ini akan seperti Fatimah dan Ali, yang saling memendam rasa yang fitrah, dalam cara yang suci dan berakhir di singgasana yang indah?

Ada banyak kisah... tak selalu semua berakhir bahagia. Menikahi orang yang kamu cintai, adalah sebuah anugerah. Tapi, mencintai orang yang kaunikahi adalah niscaya. Mungkin saja, kita tidak akan pernah mendapatkan pilihan pertama dalam hidup, tapi pilihan keseribu pun akan sama baiknya bila kita menyikapi dengan cara yang tepat.

Semoga kisah kalian semua berakhir indah... seperti fatimah dan ali. Semoga.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget