Pages

11 August, 2015

[Review buku] Ingatlah untuk bercermin

Judul: Ingatlah untuk bercermin
Penulis: Salim A. Fillah & tim konselor RKI
Penerbit:  Era adicitra intermedia
Dimensi: xii + 228 hlm, 17 cm, cetakan pertama mei 2015
ISBN: 978 602 1680 21 6

Awalnya saya begitu excited dan sempat tak percaya ketika teman saya bilang mau menghadiahkan buku terbaru ustad salim a fillah. Saya kira yang terbaru adalah lapis-lapis keberkahan, dan itu saya sudah miliki, bahkan pre order! Saat disebutkan judul buku ini, saya yakin sekali buku ini bahkan jarang disebut oleh penulisnya sendiri, dan promosinya tidak segencar karya penulis sebelumnya. Pertama menerima paket hadiah buku ini, saya maklum sebab melihat penerbitnya bukan penerbit biasanya. Lalu saat mulai membaca, ternyata saya agak kecewa. Mengapa? Sebab buku ini ternyata kumpulan cerita oleh banyak penulis. Bukan karya individu ustad salim. Pantas saja, tidak terlalu booming. Cerita yang ditulis ustad salim pun pernah saya baca dalam karya sebelumnya. Bukan hal baru. Agak kecewa dan punya pemikiran buruk bahwa penerbitnya memanfaatkan kebesaran nama salim a fillah. But well, saya teruskan membaca dan mencoba menikmatinya.

Buku ini ternyata merupakan seri pertama dari buku cinta RKI Yogya. Berawal dari niat mulia komunitas Rumah Keluarga Indonesia (RKI) yang miris melihat tingginya angka perceraian di Indonesia. Data yang didapat tahun 2014 lalu, di Indonesia terjadi 40 kasus perceraian setiap jamnya. Rata-rata terjadi 2,2 juta pernikahan setiap tahun dan 350.000 perceraian setiap tahun. Itu menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat perceraian tertinggi se Asia Pasifik (Data oleh BKKBN Pusat). Maka komunitas itu tergerak untuk sharing pengalaman hidupnya berumah tangga dan dibuatlah ide membuat buku dari naskah yang ada. Setelah dikumpulkan, naskah tersebut mencapai lima seri buku. Nah, buku ini adalah seri pertamanya.

Terbagi menjadi 5 bagian. Di bagian pertama yang berjudul "Dalam limpah barakah" terdapat sebelas cerita. Di bagian kedua yang berjudul "Bermula dari kata" terdapat tiga cerita. Di bagian ketiga yang berjudul "Memaknai kesetiaan" terdapat enam cerita. Di bagian keempat yang berjudul "Anak dan pewarisan" terdapat sepuluh cerita. Dan terakhir di bab kelima berjudul "Menyikapi ketidaksempurnaan" terdapat dua kisah. Total 32 kisah dari 31 penulis.

Hampir semuanya bercerita tentang godaan dan kesulitan yang mereka lalui selama berumah tangga dan bagaimana mereka berhasil melaluinya hingga sekarang. Isu yang paling banyak adalah tentang kesetiaan, penantian momongan, godaan orang ketiga, ungkapan cinta yang semakin jarang diutarakan, pendidikan anak dan bagaimana menerima kekurangan pasangan. Mirip seperti serial chicken soup atau catatan hatinya Asma Nadia. Namun secara segi pengemasan, saya merasa masih kurang menarik. Dilihat dari sampul saja, terasa biasa, dan apa makna daun dengan keterkaitan pada ingatan untuk bercermin?

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Konon salah satu ujian hidup berumah tangga adalah 'terlalu lama mencintai orang yang sama'." (Hlm. 22)

"Jalan Allah bukan yang termudah, bukan yang tercepat, tapi yang terbaik." (Hlm. 40)

"Bukankah rasa kagum dan syukur ditabung dari penggalan peristiwa-peristiwa kecil yang memberi rasa istimewa? Bukankah rasa kagum dan syukur dapat menjadi semacam investasi berharga dalam perjalanan panjang mengayuh bahtera pernikahan?" (Hlm. 119)

Meta morfillah

1 comment:

Text Widget