Pages

23 August, 2015

[Review buku] Yuk, berhijab

Judul: Yuk, berhijab!
Penulis: Felix Y. Siauw
Penerbit: Mizania
Dimensi: 140 hlm, cetakan kedua Juli 2013
ISBN: 978 602 9255 67 6

Selama ini, kebanyakan orang--khususnya saya--hanya tahu bahwa hijab itu ya jilbab, kain yang menutupi dada. Namun ternyata, buku ini menjelaskan perbedaan khimar, jilbab, dan hijab. Judulnya mungkin terkesan diperuntukkan bagi muslimah yang belum berhijab, tapi bagi saya yang sudah berhijab pun memberikan pengetahuan baru. Jadi bisa dibaca oleh yang belum, akan, sedang dan ingin terus memperbaiki hijabnya.

Buku ini terdiri dari 9 bab. Bab 1 dan 2 merupakan pengantar, perbandingan tentang beragam pandangan dunia terhadap wanita dengan islam memandang wanita. Lalu mulai masuk ke bab 3 dan 4 tentang aurat dan bagaimana menutup aurat secara syar'i. Di bab 5, 6, dan 7 menjelaskan beragam 'salah kaprah' yang sering kita jumpai di indonesia, seperti berpakaian tetapi telanjang (ketat, membentuk badan, tipis), tabarruj (dandan berlebihan dan memancing perhatian/mencolok), dan menjadikan hijab sebagai perhiasan (berlomba trendi, modis, stylish, namun lupa aturan dasarnya). Khusus di bab 7 ada visualisasi pertanyaan/pernyataan yang sering dijadikan alasan agar menunda berhijab, disertai cara menanggapinya oleh ustad felix. Di bab 8 dan 9 menegaskan agar tetap taat, berhijab dan tidak memedulikan kata orang.

Secara pengemasan, seperti buku sebelumnya #udahputusinaja, buku ini pun full colour, banyak visualisasi cantik, penggunaan warna yang konsisten yakni putih dan ungu/magenta, pemilihan font yang oke, serta pemilihan kertas dengan ketebalan yang cukup bagus.

Secara keseluruhan, saya suka totalitas pengemasannya dan isinya juga aktual, cocok untuk dibaca semua kalangan, gaya bahasanya pun mudah dicerna.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Kita hidup di sebuah masa ketika mempertahankan Islam layaknya menggenggam bara api, panas dan gerah, bahkan seolah melukai diri sendiri. Sebab, masyarakat kebanyakan justru berlomba-lomba  tidak bersesuai dengannya. Karena itu, setiap yang memegang Islam akan dirasa aneh, diasingkan, dan dianggap abnormal." (Hlm. 50)

"Hijab bukanlah sebuah tren fashion yang modenya disesuaikan dengan zaman dan keinginan, yang harus dibuat rumit sehingga menyusahkan untuk memakainya. Hijab bukanlah pelarian bagi fashionista yang tetap ingin disebut islami." (Hlm. 111)

"Bila di ujung cerita kita pun akan menutup aurat, mengapa tidak sekarang sebelum jadi mayat? Tutuplah auratmu sekarang, sebelum auratmu ditutupkan. Hijab tanpa nanti, taat tanpa tapi." (Hlm. 120)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget