Pages

18 August, 2015

[Review buku] Cinta tak pernah tepat waktu

Judul: Cinta tak pernah tepat waktu
Penulis: Puthut EA
Penerbit: Manasuka
Dimensi: 278 hlm, cetakan ketiga april 2013
ISBN: 978 602 82663 6 9

Ini adalah novel pertama Puthut EA yang saya baca. Cerpennya pun hanya sesekali saya baca. Jadi saya belum terlalu tahu gaya menulisnya. Ternyata setelah membacanya, saya menjadikan Puthut EA sebagai salah satu penulis kesukaan saya. Mulai sekarang.

Jangan berharap ada kata-kata 'cinta tak pernah tepat waktu' dalam cerita ini. Itu hanya judulnya saja. Selain itu, jangan harap buku ini berisi kalimat-kalimat puitis romantis nan syahdu, justru kalimatnya begitu jujur, lucu, tapi tetap terasa romantis! Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, seorang lelaki yang misterius hingga akhir--sebab tak pernah disebut namanya--menceritakan kisah percintaannya yang selalu berakhir tak indah, sebab seringkali tak tepat waktu. Meski konflik utamanya adalah tokoh aku dengan perempuan-perempuan yang menyukai, disukai, dan di sekitarnya, tapi buku ini juga berkisah tentang keluarga, karir, perjalanan hidup, dan banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dari tokoh si aku. Seperti bayangan pekerjaan semacam penulis, editor, atau ghost writer.

Tentunya, buku bagus selalu mengantarkan kita ke buku bagus lainnya. Beberapa kali, penulis menyebut nama penulis hebat lain di tanah air dan luar, beserta karyanya--bahkan penulis menjadikan dirinya sendiri sebagai tokoh pelengkap di cerita ini. Ending yang begitu menyesakkan hati, sekaligus membuat saya tertawa pada kedudukan penulis yang seakan lebih rendah dari tokoh utama di novel ini.

Ingin sekali saya mengapresiasi novel ini dengan 5 bintang. Tapi saya terpaksa harus menguranginya, sebab saya kecewa menemukan banyak typo dan kesalahan teknik penulisan lainnya. Sampai-sampai--dan ini sangat jarang saya lakukan--saya mengecek siapa editor bukunya. Tahukah Anda, siapa editornya? Salah satu penulis hebat juga bernama Eka kurniawan. Iyaa... penulis novel 'Cantik itu luka'! Oh my Allah... saya jadi makin kecewa. Kok penulis sekaliber dia luput akan banyak kesalahan si Puthut EA (っ╥╯﹏╰╥C). Akhirnya saya hanya bisa menghibur diri saya, mungkin eka dan puthut khilaf mengirim dokumen naskah yang sudah direvisi--seperti pengalaman saya saat jadi proofreader dan mengedit naskah bersama teman saya untuk kumpulan cerpen kami.

So, saya mengapresiasi 4 dari 5 bintang.

"Kamu jangan merasa sebagai satu-satunya orang yang menderita. Jangan berlebihan. Juga dalam menyikapi penderitaan. Selalu ada usaha-usaha dan kerja-kerja kecil yang bisa dilakukan. Kamu hanya butuh sedikit membuka mata dan telinga. Lihat, lihatlah... masih banyak orang yang bekerja dengan tulus. Masih banyak orang yang saling berbagi kebahagiaan dan harapan. Ikut, yuk..." (hlm. 112)

"Kalau ada sesuatu yang mengganjal dirimu karena masa lampau, kupikir kamu harus menyelesaikan itu dulu." (Hlm. 148)

"Ia, kenangan, bisa datang dari apa saja, dari mana saja, seperti setan. Ia bisa menyentak ketika kita sedang mengaduk minuman. Ia bisa menerabas hanya lewat satu adegan kecil di film yang sedang kita tonton. Ia bisa menyeruak dari sebuah deskripsi novel yang sedang kita baca. Ia bersemayam di mana-mana, di bau parfum orang yang bersimpangan dengan kita, di saat kita sedang termangu di pantai, di saat kita sedang mendengarkan lagu." (Hlm. 186)

"Kenangan dan kesedihan. Dua bersaudara yang aku tidak pernah tahu sampai detik ini, yang manakah yang lebih tua, dan yang mana yang lebih muda." (Hlm. 188)

"Jangan pernah mengemis pada lembaga donor, selagi kawan-kawan kalian masih bisa membantu." (Hlm. 241)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget