Kau adalah incaran hatiku
Kuselalu memperhatikanmu
"3...,2...,1...,"
Dio sampai di kursinya. Lalu menaruh tasnya ke dalam laci meja.
"Setelah menaruh tas, habis ini dia duduk dan minum,"
Dio duduk dan membuka tumblernya. Meneguk dengan khidmat. Haus sekali.
"Habis minum, dia pasti akan menyapaku,"
"Hai Tania, selamat pagi!" Seru Dio.
Persis seperti apa yang dipikirkan Tania dalam benaknya. Tania
begitu hafal gerak-gerik teman sebangkunya ini. Tentu saja, telah mudah
diterka, Tania menghafal semua itu karena memiliki rasa. Dio adalah
lelaki incaran hatinya. Sejak mereka duduk sebangku karena perintah Bu
Nurma, wali kelas mereka. Wajah Dio memang biasa saja, dibandingkan anak
lelaki lain yang bersaing mendapatkan hati Tania. Namun, semakin lama
Tania berinteraksi dengan Dio, mengenalnya, sungguh menyenangkan. Dio
lucu, baik, dan perhatian. Sekadar ucapan "Selamat pagi, Tania!" seperti
yang baru saja ia lontarkan, begitu rutin. Ditambah senyumnya. Walau
Dio mengucapkan selamat pagi ke semua temannya, tapi Tania tetap merasa
spesial, karena ia adalah orang pertama yang selalu mendapatkan ucapan
itu dari Dio, di kelas.
Tak henti menjadi teman berbagi
Semoga kau rasa apa yang kurasa
Dio celingukan.
"Nih, pakai punyaku dulu," ujar Tania sembari menyodorkan pulpen pada Dio.
"Wah, makasih Tania. Tahu aja aku nyari pulpen, heheeh...," cengir Dio.
"Ya tahulah, sering banget kamu kehabisan pulpen," jawab Tania "makanya aku nyiapin banyak pulpen di tempat pensilku," lanjut Tania dalam hati.
"Memang kamu teman sebangku paling T.O.P B.G.T. Tan!" Dio mengacungkan dua jari jempolnya.
Tania hanya tersenyum.
"Duh, Diooo... Nyadar kek! Aku suka sama kamu. Jangankan pulpen, hatiku juga siap aku kasih ke kamu," batin Tania.
Di balik senyumku ada cinta untukmu
Di balik matamu ada hati yang menunggu
"Nih buat kamu, Tan!" Dio menyodorkan roti pisang coklat ke hadapan Tania.
"Wah, makasih yaa...," Tania tersenyum lebar.
"Hitung-hitung biaya sewa pulpenmu. Hehehe. Sengaja kubeli pisang coklat, soalnya kamu ga suka keju kan?"
"Iya, kok kamu tahu?" Tania terkejut.
"Kan kamu pernah bilang ga doyan keju, waktu Kevin ngasih kamu oleh-oleh keju dari Australi,"
"Oh, iya ya? Hehee...,"
Memang benar, Kevin anak lelaki kelas IX-3 yang menyukainya
beberapa minggu lalu memberikannya oleh-oleh keju dari Australia. Tapi
sayangnya, Tania menolak. Selain ia tidak suka keju, ia juga tidak suka
Kevin. Menerima hadiah dari lelaki yang jelas-jelas menyukainya, namun
tidak ia sukai, bukanlah prinsip Tania. Takut disangka memberi harapan
palsu, atau lebih parahnya dibilang cewek matre!
Mengingat Dio memperhatikan kata-katanya, Tania semakin tersenyum manis.
"Aah..., Dio. Kamu perhatian sekali," batin Tania sembari menatap punggung Dio yang menjauh ke arah kantin.
Aku diam-diam suka kamu
Kucoba mendekat
Kucoba mendekati hatimu
Aku diam-diam suka kamu
Semua kan indah seandainya aku bisa memilikimu
Sebentar lagi kenaikan kelas. Tania merasa tidak
semangat untuk naik ke kelas IX. Bukan UN atau guru-guru yang dikabarkan
galak di kelas penghujung itu yang membuatnya tidak semangat atau
takut. Melainkan ia takut, ia tidak akan sekelas lagi dengan Dio. Lebih
tepatnya, ia takut tidak akan sebangku lagi dengan Dio. Aah, segala
upayanya mendekati Dio sepertinya hanya dianggap murni sebagai sahabat
atau teman sebangku oleh Dio. Dio tak pernah menyadari, bahwa diam-diam
Tania suka padanya. Pada pribadi sederhananya. "Seandainya saja, aku bisa memilikimu, Dio. Pasti dunia akan terasa lebih indah," keluh Tania dalam hati.
*cerpen Lirik Lagu Cherry Belle - Diam Diam Suka
Meta morfillah
"Tapi sayangnya, Tania menolak. Selain ia tidak suka keju, ia juga tidak suka Kevin. Menerima hadiah dari lelaki yang jelas-jelas menyukainya, namun tidak ia sukai adalah prinsip Tania."
ReplyDeleteKayaknya ada yg salah dari kalimat itu kak....
tapi aku suka temanya, jangan cuma diam-diam aja dong, ayo ucapin, hehe :D
Wah iyaa... Thanks ralatnya. Sudah aku revisi. Hahaa... Ucapkan ke siapa yaa? :D
ReplyDelete