Pages

10 January, 2014

Yang terbaik bagimu

Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Di sisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu

Puan melanggar janjinya. Janji tiga belas tahun silam pada ayahnya. Janji untuk tidak menangis, walau hidup yang dijalaninya semakin berat. Kali ini Puan tak tahan. Kata-kata bijak pun tak mampu meredam. Puan meledak. Dalam kesunyian. Seperti bintang yang mengalami teori Big Bang. Puan menangis. Berharap seiring luruhnya air mata, masalah yang dihadapinya pun akan lebur. Mengalir mengikuti laju air matanya. Puan rindu, sangat rindu pada almarhum ayahnya. Begitu rindunya ia pada bahu tegap ayahnya, tempat ia bersandar dahulu. Rindu pada dada bidang ayahnya, tempat ia berlindung dari kekejaman dunia yang serasa ingin menariknya dalam kerumitan hidup. Puan melamun sembari menangis. Ia mengingat masa kecilnya bersama ayah tercinta. Ketika ia bisa bebas memeluk dan bermanja pada tubuh kokoh ayahnya. Melambungkan dirinya dan merendahkan masalah yang ia hadapi setiap kali ia merasa sedih. Menghirup hangat segar napas dan segar harum tubuh ayahnya. Ayah nomor satu di dunia. Ayah yang dengan sigap dan tangkas menangkap ia, jika terlihat ia goyah dan akan jatuh. Bersama ayahnya, Puan menapaki dunia impian. Ia sering menjadi telinga ayahnya dan selalu mengangguk-anggukkan kepalanya—seperti boneka besar yang ada di salah satu restoran Jepang—setiap kali ayahnya menceritakan mimpi-mimpi dan harapannya.

Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak

Air matanya semakin menderas. Kesedihan Puan semakin membengkak, ketika ia mengingat mimpi dan harapan ayahnya. Ayah Puan—ayah nomor satu di dunia—selalu berkata bahwa Puan harus menjadi yang terbaik baginya. Puan harus mematuhi perintah ayahnya dan menjauhkan diri dari godaan-godaan bodoh yang mungkin akan Puan lakukan dalam waktu beranjak dewasa. Ayahnya tidak ingin Puan terbelenggu, jatuh dan terinjak karena kebodohannya sendiri. Tapi kini, Puan telah melanggar salah satu perintah ayahnya sebelum meninggal. Puan menangis.

“Ya Tuhan, izinkan aku melanggar perintahnya sekali ini saja. Aku sungguh tak sanggup lagi. Aku merindukan, aku butuh bahunya, aku butuh sandaran, namun tiada yang dapat kuandalkan kecuali diriku sendiri, Tuhan,” ratap Puan merutuki betapa lemah hati dan dirinya saat ini.

Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Kuterus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan kubuktikan kumampu penuhi semua maumu

“Tuhan, tolong sampaikan pada ayahku, aku sangaaaat mencintainya. Aku minta maaf, kali ini aku tak mematuhi perintahnya. Tapi aku berjanji, aku tak akan mengkhianati mimpi-mimpinya. Aku akan berusaha menjadi terbaik dari diriku. Aku akan membuktikannya, Ayah. Sungguh. Tolong Tuhan, sampaikan itu padanya,” doa Puan dalam isak tangisnya.

“Aku selalu mengingat kata-katamu, Ayah. Don't let them in, don't let them see, be the good girl you always had to be. Bila ini menjadikanku wanita penipu nomor satu, tak mengapa. Aku akan selalu baik-baik saja. Setelah ini, setelah tangis ini. Maafkan aku, Ayah untuk tangisanku kali ini.”

Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Kurindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati

Waktu selalu berkuasa atas jiwa manusia. Mungkin karena itulah, dalam kitab suci, Tuhan selalu bersumpah atas nama waktu. Karena waktu tak pernah ingkar. Maka, Puan hanya mampu merindukan detik-detik dahulu yang telah bergulir. Hanya mampu membayangkan suasana yang mampu membasuh jiwanya dengan sisa-sisa ingatan kelima panca inderanya. Bila bahagia hanyalah bayangan, mungkin itulah bayangan sejati bagi Puan. Puan, perempuan rumit yang mendapati posisi dilematis dalam hidupnya.


Itulah kisah Puan, dengan pengandaian yang dramatis dan sedikit sarkastis di penghujungnya. Selamat bertemu lagi, di cerita lirik lainnya! See yaaa…

*cerita lirik lagu “Yang terbaik bagimu” – Ada Band ft. Gita Gutawa

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget