Pengarang : Stephen R. Covey
Penerbit: Binarupa Aksara cetakan pertama 1997
Genre : pengembangan diri/non fiksi
Jumlah halaman: 345
Buku ini merupakan buku keenam (semoga saya tidak salah)
dari karya Stephen Covey. Tapi baru karya ini yang saya baca, bahkan sudah ada
penyempurnaannya menjadi 8 habits (habits terakhir tentang menemukan suara).
Namun saya tetap memilih mereview buku ini, karena begitu berbekas dalam benak
saya dan dipakai dalam training, bahkan dilisensi oleh salah satu kompetitor
perusahaan tempat saya bekerja. Berikut paparan saya mengenai 7 kebiasaan
manusia yang efektif.
Oke, dimulai dari daftar isi. Buku ini dibagi menjadi empat
bagian. Bagian pertama, berjudul paradigma & prinsip merupakan prolog.
Membahas tentang betapa pentingnya sebuah sudut pandang (paradigma), yang
biasanya mempengaruhi keberhasilan hidup manusia. Paradigma dipengaruhi
pengkondisian yang berdampak pada persepsi. Diilustrasikan melalui sebuah
gambar (yang umum sekali). Dari sebuah gambar itu, dapat ditangkap dua hal,
yaitu wanita berusia 20 tahun dan wanita berusia 70 tahun. Hal ini membuktikan
bahwa paradigma Anda dipengaruhi pengkondisian (dari sudut mana Anda melihat)
dan menghasilkan sebuah persepsi yang berbeda. Hal ini bukan masalah logis,
tetapi psikologis ketika dua orang dapat melihat hal yang sama, tidak saling
sepakat, namun sama-sama benar (h.14).
Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena
itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan kebiasaan. (Aristoteles)
Bagian dua, berjudul Kemenangan Pribadi, memuat tiga
kebiasaan. Kebiasaan pertama, “Jadilah proaktif” membahas tentang mengubah
pribadi dari reaktif (bereaksi sebagaimana stimulus diberikan) menjadi proaktif
(mampu memilih dan menetapkan reaksi yang diinginkan terhadap stimulus.
Memiliki kontrol kehidupan). Dimulai dari bahasa yang digunakan. Salah satu
contoh bahasa reaktif “ia membuat saya begitu marah.”
Kalimat di atas menandakan bahwa emosimu tidak berada dalam
kontrol dirimu. Emosimu mampu dikendalikan oleh orang lain. Seharusnya,
bersikap proaktif dengan berkata, “Saya mengendalikan perasaan saya sendiri.”
Banyak sekali di antara kita yang menyalahkan kekuatan
luar—orang lain, keadaan, bahkan zodiak—untuk situasi mereka sendiri. (h.69)
Mengetahui bahwa kita bertanggung jawab—mampu
berespons—merupakan dasar bagi efektivitas dan kebahagiaan kita sendiri. (h.84)
Kebiasaan kedua, “merujuk pada tujuan akhir”. Mulailah
segala sesuatu dengan akhir di dalam pikiran. seperti apa Anda ingin dikenang
semasa hidup? Buat kriteria dasar dari sekarang. Lalu berfokuslah pada tujuan
akhir tersebut. Dijelaskan pula dalam buku ini, ada 10 pusat kehidupan yang
biasa dijadikan tujuan akhir manusia. Kesepuluh pusat itu adalah, pasangan,
keluarga, uang, kerja, barang/milik, kesenangan, teman, musuh, gereja
(organisasi agama), dan diri sendiri. Namun, bila Anda menggunakan salah satu
itu sebagai pusat hidup Anda, maka tidak ada yang sejati, semua itu adalah
pusat-pusat alternatif. Sedangkan pusat yang sejati adalah prinsip (yang
mengandung pedoman, kebijaksanaan, dan daya).
Kebiasaan ketiga, "dahulukan yang utama”. Pernah saya
bahas, tips empat kuadran waktu di grup.
Kuadran 1: penting & mendesak,
seperti krisis, proyek dengan deadline yang mendesak.
Kuadran 2: penting & tidak mendesak (kuadran efektif),
seperti pengembangan hubungan, rekreasi.
Kuadran 3: tidak penting & mendesak, seperti interupsi telepon, beberapa meeting.
Kuadran 4: tidak penting & tidak mendesak, seperti
aktivitas menyenangkan, pemboros waktu.
Anda harus bersikap proaktif untuk mengerjakan kuadran II,
karena kuadran I & III mengerjakan Anda. Mengapa? Karena seringkali urusan
mendesak/genting akan menghabiskan waktu Anda & membuat stress, walau
masalah tersebut tidak penting. Bila ingin menjadi manusia efektif, buatlah
waktu Anda berada di kuadran II selagi bisa.
Dari tiga kebiasaan awal, bila dipraktikkan akan mengubah
kita menjadi manusia yang ketergantungan menjadi manusia mandiri. Inilah yang
dinamakan kemenangan pribadi. See… semua dimulai dari dirimu.
Bagian tiga, berjudul Kemenangan Publik, memuat tiga
kebiasaan. Kebiasaan keempat, “berpikir menang-menang”. Terdapat enam paradigma
interaksi manusia (berkaitan dengan negosiasi) yaitu menang/menang,
menang/kalah, kalah/menang, kalah/kalah, menang, dan menang/menang atau tidak
sama sekali. Pilihan mana yang terbaik? Jawabannya “Tergantung”. Untuk situasi
pertandingan sepak bola yang ingin Anda menangkan, maka situasi menajdi Menang/kalah.
Tapi untuk situasi hubungan yang menurut Anda persoalannya tidak penting
dibandingkan harga hubungan tersebut, mungkin Anda akan berada di posisi
kalah/Menang untuk meneguhkan orang lain. Prinsip menang-menang merupakan
kepemimpinan antar pribadi (h. 212), dimulai dengan karakter, bergerak pada
hubungan dan mengalirlah sebuah kesepakatan. Untuk memperoleh solusi
menang-menang, ikutilah 4 proses berikut:
1. Lihat masalahnya dari sudut pandang pihak lain.
Usahakan benar-benar untuk mengerti dan peduli daripada yang dapat mereka
lakukan sendiri.
2. Kenali persoalan pokoknya (bukan posisi) yang
terlibat.
3. Tentukan hasil apa yang merupakan solusi yang
dapat diterima sepenuhnya.
4. Kenali pilihan-pilihan baru yang mungkin diambil
untuk mencapai hasil-hasil itu.
Kebiasaan kelima, “berusaha dimengerti terlebih dahulu, baru
dimengerti”. Hal ini memerlukan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita
biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang tidak
mendengar dengan maksud untuk mengerti, mereka mendengar dengan maksud untuk
menjawab. Empat respon autobiografis manusia dalam mendengarkan ialah
mengevaluasi (kita setuju atau tidak setuju), menyelidik (kita mengajukan
pertanyaan dari kerangka acuan kita sendiri), menasihati (memberikan nasihat
berdasarkan pengalaman kita sendiri) dan menafsirkan (berusaha memahami dan
menjelaskan motif orang berdasarkan motif kita). Dibutuhkan keterampilan
mendengar empatik yang harus terus diasah. Dan kuncinya, adalah “baru
dimengerti”. Setelah kita berusaha mengerti, maka kita harus mengungkapkan
bagaimana kita ingin dimengerti. Unik ya? Ada hubungan timbal balik. Tidak
melulu kita yang mendengarkan/mengerti orang lain saja, melainkan kita pun
dimengerti. Seimbang bukan?
Kebiasaan keenam, “wujudkan sinergi”. Alam semesta bersifat
sinergistik, dan menghargai perbedaan yang ada. Anda dapat menjadi sinergistik
dalam diri Anda, bahkan di tengah lingkungan yang bermusuhan. Tidak usah
memasukkan hinaan ke dalam hati, luaskan perspektif Anda. Gunakan keberanian Anda
dalam kerja tim (sinergis) untuk menjadi terbuka, mengekspresikan gagasan
perasaan & pengalaman Anda dengan cara yang akan mendorong orang lain
menjadi terbuka pula. Anda dapat menghargai perbedaan dalam keanekaragaman
tanpa perlu setuju dengan mereka, anda hanya meneguhkan mereka. Carilah selalu
alternatif ketiga ketika pilihan yang ada hanya benar dan salah.
Dari kebiasaan keempat hingga keenam, Anda berubah dari
makhluk mandiri menjadi makhluk “saling” tergantung. Maka dari kemenangan
pribadi, anda bergerak menuju kemenangan publik.
Bagian empat sekaligus penutup, adalah kebiasaan terakhir
yaitu asahlah gergaji.
“Kadang ketika saya mempertimbangkan betapa luar biasanya
konsekuensi dari hal-hal kecil… Saya tergoda untuk berpikir, sebenarnya tidak
ada hal-hal kecil.” Bruce Barton (h. 287)
Kebiasaan ketujuh ini adalah kapasitas produksi pribadi
Anda. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang Anda miliki,
yaitu diri Anda (h. 288).
Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru
menebang sebatang pohon di hutan.
“Apa yang sedang Anda kerjakan?” Anda bertanya.
“Tidak dapatkah Anda melihat? Saya sedang menggergaji pohon
ini,” jawabnya tidak sabar.
“Anda terlihat lelah. Berapa lama Anda telah
mengerjakannya?”
“Lebih dari 5 jam, dan saya lelah. Ini benar-benar kerja
keras!” serunya.
“nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit
dan mengasah gergaji itu? saya yakin Anda dapat bekerja lebih cepat setelah
mengasahnya,” ucap Anda.
“Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji. Saya terlalu
sibuk menggergaji!”
Itu merupakan salah satu ilustrasi mengenai kebiasaan ketujuh yaitu “mengasah
gergaji”, hal mana merupakan perumpamaan dari diri Anda. Ketika diri Anda sudah
terlalu lelah, maka lakukanlah pembaruan meliputi empat hal, yaitu fisik
(olahraga, nutrisi, manajemen stres), mental (membaca, visualisasi,
perencanaan, menulis), spiritual (penjelasan nilai & komitmen, studi &
meditasi) dan sosial/emosional (pelayanan, empati, sinergi, rasa aman
intrinsik).
Tuhan bekerja dari dalam ke luar. Dunia bekerja dari luar ke
dalam. Dunia akan membentuk manusia, tapi Tuhan dapat mengubah sifat manusia.
Ezra Taft Benson.
Kelebihan buku ini:
Gaya bahasanya tidak terlalu kaku walau terkadang menggunakan istilah “agak
tinggi”, menggunakan beragam kasus, ilustrasi dan cerita-cerita yang memudahkan
pembacanya paham.
Kekurangan: lebih kepada fisik buku ini, masih terkesan
biasa dan standar. Saya sih berharap dibuat dari kertas kece seperti bukunya
Rhenald Kasali “recode your DNA”.
4.5
bintang dari 5 bintang.
Thanks,
meta morfillah
No comments:
Post a Comment