Pages

02 January, 2014

Tahu Diri

Hai, selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah, kau ada di sini

Asta menggeretakkan rahangnya. Mengapa lelaki itu ada di sini? Sudah jauh ia melangkah, ternyata dunia tetap saja sama. Sempit! Lari dari waktu pun tak mengubahnya. Lelaki itu tetap sama seperti kali terakhir Asta melihatnya. Lima tahun lalu. Tetap mempesona.

Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini

Lima tahun yang panjang bagi jiwa yang merindu. Lima tahun yang pendek bagi Asta yang menghindar. Lihat? Hal ini tak pernah menjadi mudah baginya. Berdiri di depan lelaki itu, membaui udara yang dihirupnya. Parfum yang masih sama. Membuat Asta sesak, limbung dan gatal ingin berlari. Sayangnya, ini adalah acara penting yang ia wakili untuk kantornya.

Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati

Damn! Andai ia bisa berlari, ingin sekali mulutnya puas memaki. Pada keadaan. Ia terjebak. Jantungnya sakit, seperti disayat sembilu. Menahan kekuatan perasaan yang telah ia redam selama ini. Karena ia tak sanggup membunuhnya dari dalam. Ia hanya sanggup memati-surikan perasaan itu di bibirnya. Membuatnya jarang menziarahi tiga kata sakral tersebut pada mulutnya. Ya, tiga kata. Aku, cinta, kamu.

Dan upayaku tahu diri
Tak selamanya berhasil
'Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah bisa kita bersama

Asta menahan tegak tubuhnya. Meredam gelisah sekuat tenaganya. Lelaki itu tak boleh tahu tentang kekalahannya dalam peperangan batin ini. Lihatlah! Lelaki itu membawa perempuannya serta. Menampakkan kebahagiaan serasa dunia hanya milik mereka. "Aku harus tahan! Tahu diri, Asta! Tahu diri! Kamu tak akan pernah bisa bersamanya, menjalin cerita picisan itu" Batin Asta. Hal yang menyebalkan, adalah lelaki itu muncul terus di hadapannya, walau Asta telah mencoba berpindah posisi, berbicara dengan tamu-tamu lain.

Pergilah...
Menghilang sajalah... Lagi...

Tuhan! Tak bisakah ia menghilang saja? Seperti selama lima tahun ini. Jangan tampakkan lagi ia di hadapanku, Tuhan. Aku tak sanggup berupaya waras bila di sampingnya. Ia sungguh seperti buah khuldi di surga yang menggoda Adam untuk memakannya. Sial! Asta semakin merutuk, memaki di dalam hati.

Berkali-kali kau berkata,
Kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali kutelah berjanji
Menyerah..

Akhirnya, acara terkutuk ini selesai juga! Asta merasa lega, ia dapat kembali ke apartemennya. Ia segera meminta Pak Yadi--supir kantor--mengantarkannya pulang. Malam yang sungguh berat. Perjamuan yang mengingatkannya akan janji-janji manis lelaki itu. Semacam perjamuan kematian. Yaa.. Kematian hati Asta. Sejak lelaki itu berkata cinta berkali-kali, namun tak bisa menjadikan Asta pendamping hidupnya. Ia malah memilih perempuan lain. Klise! Pilihan orang tua. Seperti bukan lelaki dewasa, tak mampu menentukan pilihan. Namun lebih bodoh lagi adalah dirinya. Asta mampu memilih untuk menyerah, namun ia bergeming untuk bertahan dan percaya bahwa lelaki itu akan kembali padanya.. suatu saat. Nanti. Lalu menutup hatinya pada cinta lain. Ah.. Asta yang bodoh. Makan itu cinta!

*cerita berdasarkan lirik lagu "Tahu Diri" dipopulerkan oleh Maudy Ayunda*

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget