Pages

06 January, 2014

Kisah Lunez

Lunez mengakrabi malam selayaknya sahabat. Ia memiliki kedekatan batin pada jubah pekat itu. Mungkin karena namanya yang bermakna bulan, hanya akan terlihat bila malam. Ini adalah malam ke 8760, malam yang berbeda--walau tiap malam memang tak pernah sama baginya. Malam ini Lunez akan menyempurnakan pemahamannya akan khair--kebaikan.

Setelah hal-hal rutin yang menuntut dan membentuk perilakunya--yang selalu dikatakan ibunya, bahwa ia tak akan bosan melakukannya--mengantarkan ia pada kematangan. Saat di mana rakyat Lemanyi menentukan jalan hidupnya. Lunez selalu bertanya, akankah khairnya mampu menjaganya dari utusan Ablasa. Selama ini ia mematuhi isi kitab lima perkara, bertindak sewajarnya dan hidup di pendopo sebagai Lemanyian (rakyat Lemanyi yang memiliki kekuatan aksara). Namun, di malam ke 8760 ini, Lunez merasakan hal berbeda. Ada sesuatu dari dalam dirinya--sesuatu yang purba, dan sejak lama memaksanya. Namun ia abaikan walau ia merasakannya dengan kuat--yang menentang khair.

Sesuatu itu menekan batas kewajarannya. Memanusiakan dia menjadi manusia. Mengajaknya membantah dengan caranya agar tak kaku dan seperti kerbau dungu menjalani hidup dengan menerima begitu saja jalan menjadi Lemanyian.

Beragam aturan kitab perkara yang kadang membuatnya merasa terkekang, tak bebas, namun tetap dipatuhinya. Kini, membuat ia berpikir ulang. "Mengapa tidak menjadi diri sendiri saja? Toh Sang Rahmani pasti tetap mengenali niat umatnya. Bahkan memudahkan, bila aku menetapkan ciriku. Aku mulai muak diseragamkan dan dinilai terlalu tinggi. Aku ingin merasakan kebebasan rajawali tanpa melupakan jati diri Lemanyian," pikir Lunez.

Mungkin akan banyak omongan tetua yang mencibirnya, tapi Lunez telah menetapkan pilihannya. Pemahaman akan khairnya memang berisiko, tapi ia yakin ada--banyak sekali--jalan lain mencapai khair tanpa harus menjadi seorang Lemanyian. Lunez memutuskan akan keluar dari pendopo Lemanyian dan memilih nyiar--apa adanya--sebagai hidupnya.

Sementara Lunez larut dalam pemahaman barunya, di langit malam sosok hitam seperti asap melayang tanpa suara. Wajahnya yang tak jelas lelaki atau perempuan karena tertutup jubah hitam tersenyum. Tibalah takdirnya membayangi Lunez. Inilah waktu yang sudah ditunggu-tunggu olehnya, utusan Ablasa.

meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget