Pages

21 January, 2014

Senyum Gadis

“Wajahmu tak pantas dihiasi kesedihan. Entahlah, semacam kutukan, kau tercipta untuk terus tersenyum.”

Gadis menatap lawan bicaranya dengan kosong. Kata-kata itu, tepat seperti godam yang dipukulkan ke kepalanya. Semacam kutukan? Gadis menghela napas panjang. Tak pernah diinginkan atau pun diniatkan seperti itu. Gadis sudah membuka dirinya, namun seperti buku beraksara Hangeul atau mungkin arab, tak semua orang mampu membacanya sekejap. Atau mungkin dirinya seperti buku how to yang tak menarik di deretan rak toko buku. Sehingga walau pun terbuka tak ada sedikit pun yang peduli pada isinya, melirik pun tidak. Jauh di dalam hatinya, Gadis ingin dimengerti. Berharap ada yang mampu membaca apa yang sedang dipikirkannya. Setidaknya, mampu menyikapi apa yang dibutuhkan oleh Gadis. Kadang pintanya hanya sederhana. Sekadar telinga untuk mendengar, atau pundak untuk bersandar, atau sekadar kehadiran yang setia, diam saja menemani dirinya menatap berbagai pemandangan yang acak abstrak di dalam pikirannya. Segala sesuatu berotasi di kepalanya. Ia sendiri sulit mengilustrasikan dan memahami dirinya sendiri. Ia pun sadar akan hal itu. Tak mudah menjadi dirinya.

Pernah Gadis merasa bahagia sekejap karena ada temannya yang berhasil menangkap isyarat lirih matanya. Temannya berkata, “Aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu. Perihal kesedihan. Namun kau berusaha menutupinya dengan tawa. Kau tak bisa berbohong Gadis, masalahmu begitu berat. Lantas mengapa kau masih saja sibuk mengurusi dan membantu orang lain? Seolah kau tak perlu dibantu?”

Tapi sebatas pernyataan dan pertanyaan itu saja. Lalu temannya berlalu dan mungkin sudah lupa pernah melontarkan pertanyaan seperti itu. Gadis kembali merasa sendiri. Ada dunia yang tak dimengerti di bagian dirinya. Ketika berbicara dengan dinding kamar tampak lebih menjanjikan dan memberikan rasa nyaman, maka perlahan Gadis tercipta untuk terbuka namun tertutup ketika ada yang bersimpati. Untuk apa? Pikirnya. Tak ada yang mampu menolongnya lagi, kecuali dirinya dan Tuhannya. Mereka yang diceritakan masalahnya, hanya mampu menambahkan menjadi dua kali lipat tanpa solusi. Tapi yaa…begitulah hidup. Tak semua seperti yang kau inginkan, bukan?

Teruslah diam dalam kerianganmu, Gadis.

And then a hero lies in you.

Karena kamu adalah makhluk terasing. Lahir sendirian dan akan mati sendirian pula. Maka kembalilah pada keterasingan. Tanpa mengandalkan siapa pun, kecuali dirimu.

Semoga saja, kau temukan pasangan yang mampu meredakan sedikit beban di pundakmu. Tapi itu hanya anganmu saja.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget