Pages

24 January, 2014

Ketika sebuah peluk menjadi mahal

Ketika sebuah peluk menjadi mahal

Kok bisa sebuah peluk menjadi mahal?
Ya bisa aja dong. Gak percaya? Mari kuceritakan sebuah kisah perumpamaan.

Kamu sedang lelah, sangat lelah, secara fisik dan batin. Di kantor, pekerjaan serasa tiada habisnya. Tekanan atasan, sesama rekan dan bawahan semakin bertambah. Lalu mereka semua selalu menyalahkan apa yang kamu pikir sudah terbaik kamu berikan. Rasanya salah terus hingga membuatmu sesak.

Sementara dalam kehidupan sosialmu, di komunitas atau lingkaran sosialita, kamu memiliki beberapa tanggung jawab. Walau kamu sudah menolak karena kamu lelah, mereka tetap membujuk, berupaya agar kamulah yang memegang semua kendali. Janji-janji manis terlontar agar kamu mau menempati jabatan dan tanggung jawab itu. Ketika kamu bersedia, mereka berulah. Dan kamu harus menanggungnya. Kamu lelah di saat bersamaan.

Tak hanya dunia kerja dan sosialitamu, pribadimu pun terusik dengan ragam cinta yang ditawarkan. Kamu ingin menyendiri, tapi tak bisa. Mereka terus gigih mendekatimu, mempermainkan hatimu. Semakin tegas dirimu, semakin membandang rayuan dan ulah mereka untuk menaklukkan hatimu. Dipikirnya kamu semakin menantang, padahal tidak. Kamu hanya lelah dan tak ingin bermain hati. Kamu semakin lelah dan sangat lelaaah... Hingga menarik nafas panjang pun tak habis-habis.

Nah, di titik terlelah kamu, pastinya bukan nasihat atau pun banyak kata yang kamu harapkan. Kamu hanya ingin suatu hal yang sederhana. Pelukan. Yaa... Sebuah peluk hangat yang menenangkan. Diam dalam pelukan yang hangat, serasa kembali ke dalam rahim ibu yang lembut. Berharap ada sebuah tangan yang mengusap-usap punggungmu dengan lembut dan meninabobokan dirimu serta semua masalahmu. Hingga pagi menjelang dan kamu terbangun dengan segar. Walau masalah tak kunjung usai dan belum selesai, setidaknya energimu sudah kembali untuk menghadapi semuanya.

Namun, kamu hanya sendirian. Dan orang yang bisa mengerti dirimu hanyalah ibumu. Satu-satunya manusia yang tarikan nafasnya adalah satu dengan tarikan nafasmu. Karena kalian pernah berada dalam satu tubuh selama sembilan bulan. Ketika kamu sangat ingin dipeluk oleh ibumu, namun dia berada jauh darimu. Bukankah kamu harus mendatanginya? Menyisihkan sebagian uang yang kamu cari untuk menjemput pelukan hangat tersebut. Tapi apalah arti uang dibandingkan pelukan yang membuat energimu kembali seratus persen dan bertahan lama? Kamu pasti tidak perhitungan. Kamu bahkan tak menyadari, bahwa harga pelukan hangat ibumu kini menjadi begitu mahal.

Tapi lebih baik mahal, dibandingkan tak dapat lagi kamu rasakan. Karena ada pelukan yang tak terjangkau harganya. Yakni, pelukan ayahmu yang sudah tiada lagi di dunia ini.

Yaa.. Berbahagialah kalian yang masih memiliki orang tua lengkap, dekat dan ada setiap saat di sisi kalian terutama saat kalian membutuhkan mereka. Sebab, semua tersedia dengan murah. Maka, peluklah mereka sesering mungkin. Selama pelukan itu belum menjadi mahal dan mampu menghangatkan tulang-tulang renta mereka.

Ketika sebuah peluk menjadi mahal. Camkan kisah ini baik-baik. Salam untuk orang tua kalian.


With love,
Meta morfillah

1 comment:

Text Widget