Pages

22 January, 2014

Hujan di mata Puan

Andai kalian tahu
Rasa yang kalian titipkan padaku menjelma sembilu
Memerahkan hatiku
Jiwaku berdarah-darah karenanya

Mengapa padaku?
Seringkali pertanyaan congkak itu terlintas
Bukan congkak dari hati
Semata karena terlalu bodohnya diri
Luput bahwa semakin tinggi yang ingin dicapai
Semakin kencang pula godaan untuk jatuhnya
Seperti monyet yang memanjat nyiur
Diterpa angin semilir hingga badai
Jatuh atau tidak,
Dialah sang penentu takdirnya

Lantas, kala gelap meringkus bumi
Selalu ada hujan di antara kedua mata Puan
Ada andil dirimu di sana, Tuan!

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget