Ketidakwarasan Padaku
Membuat Bayangmu Selalu Ada
Menenteramkan Malamku
Mendamaikan Tidurku
Ragil tahu, hal ini adalah sebuah ketidakwarasan
akut. Jika dibiarkan berlarut-larut, mungkin ia akan mencapai taraf gila
yang sebenarnya. Tapi baginya, kata-kata "move on" yang terdiri dari
dua kata dengan total tujuh karakter itu begitu sulit. Jika pilihannya
terperangkap pada masa lalu yang kau imani atau melangkah pada masa
depan yang tiada pasti, Ragil tetap memilih masa lalu. Walau sudah jelas
kenyataannya, lelaki yang ia imani sebagai jodohnya itu telah berlalu
pergi. Seperti itulah, iman yang lebih dalam dibandingkan kata yakin,
yang ia pilih untuk menggambarkan kesulitannya menghapus jejak lelaki
itu. Setiap malamnya, Ragil akan menghidupkan bayang lelaki itu, yang
kemudian akan mengantarkannya pada lelap dan damai tidurnya.
Ketidakwarasan Padaku
Membuat Hidupku Lebih Tenang
Aku Takkan Sadari
Bahwa Kau Tak Lagi Di Sini
Bukankah ketidakwarasan namanya, jika kau tak
lagi mampu membedakan kenyataan dan bayangan? Ragil masih terpaku pada
bayang masa lalunya. Ragil menolak kenyataan bahwa lelaki itu tak lagi
di sini. Untuknya. Bila kenyataan membuat ia sakit, bukankah lebih baik
ia bersemayam pada kesemuan bayang-bayang? Mengapa mereka semua
memarahinya? "Sebenarnya apa salah diriku? Aku tak pernah merecoki
urusan mereka," gumam Ragil.
Aku Mulai Nyaman
Berbicara Pada Dinding Kamar
Aku Takkan Tenang
Saat Sehatku Datang
Perlahan, di bulan-bulan mendatang, Ragil semakin
nyaman di kamarnya saja. Bila tidak ada keperluan mendesak, ia lebih
memilih berada di kamarnya. Berbicara dengan dinding yang setia
mendengarkan dan tak pernah membantahnya. Tak berisik, seperti
suara-suara di luar sana yang menyuruhnya untuk move on. Tahu apa
suara-suara itu tentang keyakinannya yang terbentur kenyataan pahit?
Selangkah lagi! Itulah yang tak bisa ia terima. Berdamai dengan keadaan,
yang seharusnya tak menghalanginya meraih kebahagiaan. Dan saat
suara-suara itu terkadang berhasil membuat ia kembali pada kewarasannya,
ia menjadi tak tenang. Tertawa, menangis, berbisik lirih, lalu
menangis. Hingga lelah, sendiri. Tidak! Ia tak mau seperti itu! Ia ingin
kembali dalam ketenangannya, dengan menggadaikan kewarasannya.
Ketidakwarasan Padaku
Selimut Tebal Hati Rapuhku
Berkah Atau Kutukan
Namamu Yang Kusebut
Mungkin, ketidakwarasan itu pada Ragil telah
menjadi selimut tebal bagi hatinya yang rapuh. Tak peduli pada sekitar,
nama lelaki itu selalu ia sebut dalam doa, ucapan serta tindakannya.
Bertemu dengan lelaki itu, berkah ataukah kutukan bagi Ragil?
Suara Hati Takkan Mati
Jika Jiwa Terus Menari Dan Bermimpi
"Mengimani dia adalah jodohmu, walau dia telah berlalu begitu lama darimu,"
Begitulah suara hati Ragil. Tak pernah mati atau berganti
redaksi. Maka, suatu ketika, bila kau bertemu Ragil di jalan, pasar atau
teras rumahnya, jangan lagi kau hakimi dia. Biarkan saja ia
menceracaukan nama lelakinya. Biarkanlah... Bila hanya itu satu-satunya
cara membuat jiwanya terus menari dan bermimpi.
*cerita lirik lagu "ketidakwarasan padaku"- sheila on 7*
meta morfillah
No comments:
Post a Comment