Pages

02 January, 2014

Senja Membunuh

Satu senja membunuh
Angin lukai nadi separuh

Siapa bilang senja identik dengan romantisme? Bagi Alan, senja selalu menyakitkan. Membunuh dirinya perlahan. Angin yang berembus kala senja adalah senjata paling ampuh untuk menggoreskan luka. Luka batin, tepatnya. Senja tidak pernah lagi indah atau pun romantis sejak dua tahun lalu.

Ingatan tak membuat lebih mudah
Namun lukanya tak mengalir darah

Pernah Alan membaca sebuah kalimat, entah di mana. Bahwa ingatan terkadang menjadi sebuah kutukan. Kutukan selama kau ingat. Selama hidupmu, ada hal-hal yang berkali-kali ingin kau matikan. Karena hal itu begitu menyakitkan, namun semakin kau lupakan, semakin kau ingat. Itulah yang terjadi pada Alan. Ingatan tak pernah membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Ingatan begitu melukai, seperti senja. Namun luka yang mereka hadirkan tak mengalirkan darah. Sehingga tak ada yang tahu, bahwa Alan begitu terluka. Luka dalam.

Pandangan masa lalu
Jelas di depan mataku
Detil tergambar cepat
Berdiriku di lututku

Mengapa senja begitu menyakitkan bagi Alan? Baiklah, kita kembali ke dua tahun lalu. Di suatu senja, di bibir pantai yang masih perawan. Alan dan wanita itu menikmati sunset yang romantis. Diiringi gitar yang dipetik Alan, wanita itu menyenandungkan lagu "Kemesraan" yang dipopulerkan Iwan Fals. Begitu sempurna. Senja, pantai, gitar, dan orang terkasih. Alan ingin menyatakan perasaannya pada wanita itu. Namun ungkapan itu tak pernah sampai pada pemiliknya. Alan terlebih dahulu dibuat kaget oleh wanita itu. Wanita yang telah menemaninya selama lima tahun. Menjadi sahabat terbaiknya. Wanita itu menyimpan kabar yang mengejutkan. Ia mengabarkan akan menikah. Hal yang lebih mengejutkan kedua, ia akan menikah dengan lelaki yang begitu dikenal Alan. Lelaki itu adalah omnya--secara silsilah--yang hanya berselisih usia lima tahun dengan Alan. Sejak kabar itu sampai pada telinganya, maka senja telah kehilangan rona di mata Alan. Yang tersisa hanya kemarahan, hingga saat ia berdiri di atas lututnya, lutut itu bergetar hebat. Namun sebagai lelaki, ia menahan diri. Dan usailah romansa di benaknya.

Takkan terlupakan
Walau kucoba berulang kali
Tiap menit tak terbakar
Semakin bersinar

Satu hal yang tak pernah diketahui wanita itu. Ada perseteruan yang tak pernah henti antara Alan dan Adi--om mudanya. Sejak kecil, mereka selalu disandingkan, dibandingkan. Tentu saja, Adi selalu menang karena kekuatan silsilah. Dan Alan menjadi pihak kalah yang selalu dimaklumi, karena di mata keluarga besarnya ia adalah anak kecil. Dan selalu menjadi yang terkecil. Bagaimana bisa, ia luput melihat hubungan wanita itu dengan Adi? Tiap menit ia mencoba mengingat apa yang menyebabkan bencana ini, lukanya semakin bersinar... Menyilaukan, membesar dan terus menyiksanya. Ia tak rela.

Sampai mati kau takkan mengerti
Takkan paham dia hingga ku tiada
Mengapa aku berakhir di sini?

Wanita itu tak akan mengerti, ada dendam anak kecil yang tak pernah dewasa di dalam dirinya, jika menyangkut persaingan dengan omnya yang satu itu. Pun omnya, hubungan mereka mulai retak, sejak Alan memutuskan keluar dari rumah besar bak istana itu. Namun ternyata, sejauh kakinya berlari, ia tak dapat lepas dari bayangan om mudanya yang terkenal hebat itu. "Mengapa aku berakhir di sini?" Batin Alan.

Dapatkah kita kan bertemu lagi
Ku dan dia menjadi baik lagi
Bila itu relaku
Demi itu demimu

Dua tahun, Alan melarikan diri dari mereka. Tapi dua tahun pula, ia tak dapat menghapus rasanya pada wanita itu. Bahkan, ia ingin kembali. Hanya untuk berada dekat wanita itu. Meski tak dapat memilikinya. Ia rela memperbaiki hubungannya yang retak dengan omnya, demi wanita itu. Bisakah? Bolehkah? Alan menimbang-nimbang.

Yang tak terbuka kan terbuka
Seperti operasi dan bedah
Menuju neraka
Padam di laut merah

Pada akhirnya, di sinilah Alan berdiri. Kembali ia jejakkan kakinya di atas rumah yang telah ia jauhi selama ini. Menjadi Alan Suryodiningrat. Sebuah nama yang selalu memberatkan langkahnya di mana pun, ketika ia menginginkan kebebasan. Hanya demi melihat tante barunya. Biarlah, semua yang tak terbuka, akan terbuka nantinya. Tapi itu, urusan nanti. Sekarang, yang Alan inginkan hanya berada di sisi tante barunya, wanita yang ia cintai--mungkin--sampai mati.

*cerita lirik lagu "Senja membunuh" - Monkey to millionaire*

Meta morfillah

2 comments:

Text Widget