Pages

02 June, 2017

[Review buku] Sunnah sedirham surga

Judul: Sunnah sedirham surga
Penulis: Salim A. Fillah
Penerbit: Pro U Media
Dimensi: 268 hlm, cetakan pertama 2017
ISBN: 978 602 7820 68 5

Buku ini adalah kumpulan tulisan lepas beliau yang biasa dishare di medsosnya seperti facebook dan channel telegramnya. Namun dibuat menjadi lebih terarah dengan membagi ke dalam empat bab: "Teladan salaf untuk para mukallaf" dengan 28 kisah; "Belajar bajik dari ulama klasik" dengan 19 kisah; "Oratoria para ksatria" dengan 8 kisah; dan "Belantara cendekia nusantara" dengan 14 kisah.

Semua kisah diawali atau dibubuhi sebuah foto yang terkait dengan pengalaman penulis. Gaya layoutnya mirip dengan buku penulis sebelumnya yang berjudul "Rihlah dakwah".

Untuk isi, tak diragukan memang. Hanya saja bagi saya yang mengikuti tulisan beliau di medsos, sedikit kecewa sebab semua telah saya baca dan tak ada yang baru. Seakan hanya memindahkan media tulisan saja. Dari online ke kertas. Padahal harapan saya, ada lah beberapa tulisan yang belum terpublish dan hanya ada di buku, sehingga menjadi daya tarik untuk membeli buku ini. Jadi tak membosankan.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Pada satu titik, setiap simpangan pasti berbalik." (H.44)

"Guru yang mandeg belajar adalah murid yang paling gagal. Berhenti memburu ilmu adalah cela bagi yang tua dan celaka bagi yang muda. Pada guru yang sebenar ilmu, akan kaureguk adab yang tak disediakan buku. Adab itulah yang menjadikan ilmu memiliki makna." (H.124)

"Meninggalkan suatu sunnah yang diyakini keutamaannya demi terjaganya harmoni masyarakat ternyata adalah amal utama." (H.146)

"Dia yang mengira dirinya dapat selamat dari tajamnya lisan sesama, barangkali telah rehat akalnya. Bagaimana bisa? Sedang Allah Yang Maha Sempurna tetap ada yang lancang. Sedang Rasul, manusia paling sempurna tetap dikatai 'Si Tukang Sihir Gila'. Maka ridha manusia adalah tujuan yang mustahil tergapai. Cukuplah kita bersemangat dalam apa-apa yang menjadi keridhaanNya, lalu istiqamah padanya." (H.163)

"Siapa mengenal dirinya, takkan merugikannya apa pun yang dikatakan orang tentangnya." (H.166)

"Bagi hati yang rapuh pegangannya, apa pun jadi tak mungkin." (H.200)

"Para da'i diingatkan, jangan hanya terang bagi lingkungan, tapi keluarga kita habis hilang seperti lilin ditelan apinya sendiri. Betapa pun sibuknya, doa dan cinta tak pernah boleh dilupa." (H.248)

"Kita memang hanya akan dipertemukan, dengan apa-apa yang kita cari." (H.251)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget