Pages

06 June, 2017

#Day13 Orangtua

#Day13 ORANGTUA

Menjadi wali kelas berarti sering berhubungan dengan orangtua murid. Bahkan bisa dibilang 24 jam di zaman sekarang. Sebab begitu mudah dengan grup whatsapp dan japrian. Pernah ditelepon malam banget dan pagi banget. Pernah diskusi sampai tengah malam tentang kondisi seorang anak.

Setelah hampir setahun menjadi mitra orangtua di sekolah, saya banyak belajar.

1. Watak, reaksi, kepemimpinan dan cara memutuskan orangtua sangat berpengaruh pada karakter anak. Orangtua yang care, rata-rata anaknya sukses. Pun sebaliknya. Jadi kadang saya lebih suka orangtua yang kritis, sopan dan paham situasi, sering memantau perkembangan anaknya di sekolah dibanding yang cuek dan melemparkan tanggung jawabnya pada sekolah.

2. Kerjasama dan komunikasi guru di sekolah dengan orangtua di rumah yang terjalin baik akan membentuk karakter anak yang baik. Saya sering menegur langsung orangtua di rumah apabila saya melihat ada anak saya yang berubah tiba-tiba ke arah negatif. Rata-rata setelah digali info, memang biasanya pengawasan di rumah mengendur. Jadi kadang dipenetrasi lagi di sekolah oleh guru. Bahkan kadang anaknya curhat sampai lama. Jadi guru dan orangtua jangan bersaing siapa yang lebih baik, atau jalan masing-masing. Melainkan saling melengkapi. Bahkan tugas mendidik adalah tetap tugas utama orangtua, yang kelak dipertanggungjawabkan pada Allah.

3. Kadang anak jauh lebih mendengar apa kata guru dibanding orangtua. Maka orangtua harus pintar berstrategi, meski meminjam "Kata Bu Meta," namun tetap perlu dikomunikasikan kembali agar citra guru dan orangtua tetap seperti porsi yang dilihat sang anak. Jangan mengada-ada dan menjadikan senjata kata guru itu untuk memerintahkan sesuatu pada anak. Sebaiknya guru ybs tahu jika namanya sering dijadikan kalimat sakti. Balik ke komunikasi sih.

4. Beragam profesi dan status sosial orangtua tidak perlu dilihat seksama oleh guru. Anggap semua orangtua ya ayah dan bunda dari murid kita. Mengetahui profesi mereka hanya untuk memahami kegiatan mereka sehingga bisa mengatur jadwal dengan anak mereka. Sebab khawatir kalau fokus ke sana, bisa membuat guru kehilangan penilaian objektif.

Di balik itu semua, pembelajaran berharga bagi saya adalah saya menyaksikan sendiri perjuangan tiap orangtua untuk membuat anaknya menjadi terbaik dengan cara terbaik mereka.

Meski beberapa kali saya kurang setuju dengan keputusan yang diambil orangtua, tapi saya mencoba berpikir lebih panjang. Ada orangtua yang menanti lama untuk mendapatkan anak, ada yang butuh sembuh dari trauma, ada yang jauh dari segi waktu dan jarak dengan anak, dan ada yang mengalami keterlambatan perkembangan mental. Jadi, cara orangtua meski kadang menurut saya kurang maksimal, bisa jadi adalah terbaik untuk anak mereka. Sebab saya tak pernah tahu bagaimana rasanya menantikan buah hati, sakitnya melahirkan, memperbaiki keretakan hubungan akibat trauma.

Masya Allah... semua orangtua adalah ORANGTUA TERBAIK yang telah Allah pilihkan untuk anaknya. Kekurangan mereka bisa jadi kelebihan mereka pula.

Sebab tak pernah ada sekolah menjadi orangtua. Tak pernah bisa menyamakan cara mendidik satu anak, meskipun mereka kembar identik. Ya Allah, berilah kesabaran dan pahala terbaik untuk para orangtua kami. Aaamiiin allahumma aamiin.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget