Pages

22 June, 2017

#Day28 Dakwah

#Day28 DAKWAH

"Bagi yang sehat, muda, bisa turun tangga, silakan makan di pelataran masjid. Tahu ya, di masjid tidak boleh makan. Nanti sia-sia ibadah semalamannya, tahajjudnya." kata panitia akhwat bercadar di masjid besar yang baru kami datangi ini.

Saya dan kedua teman saya yang sedang makan sahur di atas sleeping bag kami menyimak dan saling pandang. Menegaskan dengan bertanya, memang iya hukum makan di masjid sampai menghilangkan pahala ibadah semalaman? Kami bertiga baru mendengar dan biasanya di masjid-masjid tempat kami i'tikaf malah membolehkan makan di dalam, di atas khusus akhwat, hanya saja dihimbau tidak mengotori masjid.

Sembari diskusi itu, kami merapikan makanan yang sudah digelar. Agak lama karena membawa soto, sehingga harus dibungkus ulang agar tidak tumpah. Petugas itu mendatangi kami, berdiri di samping kami dan berkata, "Ayo, makannya di pelataran masjid."

"Iya, Mbak, ini sedang dirapikan." Saya menjawab sambil tersenyum. Mbak bercadar itu malah menimpali dengan suara ketus sembari berlalu meninggalkan kami, "Kalian tidak tahu hukumnya atau tahu tapi pura-pura tidak tahu?"

Jleb! Kok begitu ya cara memperingatkannya? Padahal kami benar tidak tahu. Kami pun baru pertama ke masjid ini, masjid yang jamaahnya luar biasa dari beragam pelosok. Jujur saja, saya sempat panas dan ingin mengadu dalil, meskipun saya belum tahu dalil makan di masjid itu hukumnya haram atau apa. Tapi cara memperingatkannya itu seakan mengajak berantem.

Saya istighfar dan mencoba menahan amarah. Ya, saya ingat lagi hakikat dakwah Rasul yaitu perkataan yang benar isinya, indah caranya, dan tepat waktunya. Sepertinya saya sedang diingatkan kembali perihal dakwah. Bahwa adab, akhlak adalah utama sebelum ilmu.

Mengapa?
Sebab bila adab, cara kita salah atau menyakiti, sebenar apa pun isi perkataan kita, hati penerima dakwah belum tentu mau menerima dengan lapang dada. Bukannya simpati, apalagi empati, yang ada mereka malah antipati. Seperti yang saya rasakan saat ini. Saya langsung memblacklist masjid ini untuk ke depannya. Saya tak mau lagi i'tikaf di sini kecuali terpaksa. Biarlah saya menempuh perjalanan jauh ke Jakarta demi tempat yang nyaman dan mendukung ibadah saya.

Astaghfirullah... ternyata masih rendah batas sabar dan ikhlas saya. Masih jauh perjalanan menuntut ilmu saya, meneladani akhlak Rasulullah SAW.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget