Pages

28 October, 2015

[Review buku] Malaikat keadilan

Judul: Malaikat keadilan
Penulis: Sidney Sheldon
Penerbit: Gramedia Pustaka utama
Dimensi: ebook, 553 hlm, Juli 1985, no ISBN

Jennifer Parker merasa dunia begitu tak adil. Hanya karena kebodohannya di hari pertama ia bekerja, ia telah membuat Robert di silva begitu membencinya dan menjadikannya musuh bebuyutan. Semua persiapan sempurna untuk menangkap Michael Moretti gagal. Satu-satunya saksi yang bersedia membuka mulut, kini bungkam. Itu semua karena ia menyampaikan pesan ancaman tanpa ia sadari. Kuliah hukum bertahun-tahun dan predikat lulusan terbaik kini tak ada artinya lagi. Ia mungkin menjadi pemecah rekor sebagai pengacara dengan jam kerja terpendek, 4 jam.

Beratnya lagi, pers memburu dan membuatnya begitu empuk jadi sasaran. Izin praktiknya sebagai pengacara terancam dicabut, sementara seluruh perusahaan tak ada yang bersedia menerimanya bekerja. Di tengah keputusasaan itu, ia bertemu dengan Ken Bailey yang kelak menjadi sahabat terbaiknya. Terasing di kota yang asing, tak membuatnya ingin menyerah. Dengan gigih, perlahan ia berhasil mengumpulkan uang dan kembali mendapatkan hak izinnya. Semua itu berkat Adam Warner, lelaki yang dicintainya. Mereka pun menjalin hubungan terlarang, sebab Adam sudah beristri dan akan berkampanye menjadi senat dan tentunya kelak menjadi presiden amerika. Dari hasil hubungan itu, Jennifer melahirkan seorang putra bernama Joshua. Sayangnya, Adam tak pernah mengetahui tentang anaknya tersebut.

Pada sebuah perkara seorang penculik anak yang kejam, Joshua diculik dan hampir saja dibunuh dengan disalib. Dalam kekalutan, orang yang ia hubungi adalah Michael moretti. Sejak saat itulah, diri Jennifer menjadi berhutang pada Michael. Tanpa disadari, mereka berdua pun saling membutuhkan. Bagaimanakah kisah malaikat keadilan yang kini terpuruk? Akankah ia tetap teguh berpihak pada keadilan?

Setelah 8 ebook sidney sheldon saya baca, ini adalah karyanya yang cukup ironis dan penuh dilema. Penggambaran akan seorang wanita yang berusaha adil, namun harus melakukan beragam hal yang kontra dengan impiannya dahulu, namun tetap lugu dan naif. Beragam kepedihan ia lewati dalam kesendirian. Konflik utamanya memang seputar cinta segitiga antara Adam-Jennifer-Michael. Namun beragam bumbu kasus pembunuhan, penculikan, dan kriminalitas lainnya menguatkan latar cerita.

Klimaks saat Jennifer kehilangan Joshua pun begitu menyentuh dan sedikit membawa perasaan saya sebagai pembaca. Uniknya, alur cenderung progresif, flashback pun hanya dilakukan sedikit. Tidak seperti kebiasaan penulis yang sering memberikan gambaran detail mengenai masa lalu tokohnya dan motif mereka. Ending  kali ini pun begitu menyedihkan. Saya agak kurang setuju dengan endingnya, ingin rasanya membuat happy ending setelah beragam hal yang terjadi.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Rahasia pers adalah menyanjung yang menang, yang kalah ditendang." (Hlm. 148)

"...kita tidak mewarisi dunia dari orangtua kita, kita meminjamnya dari anak-anak kita." (Hlm. 322)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget