Pages

21 October, 2015

[Review buku] Kilau bintang menerangi bumi

Judul: Kilau bintang menerangi bumi
Penulis: Sidney sheldon
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Dimensi: Tahun 2003, 319 hlm, ebook, no ISBN

Kisah diawali dengan perayaan ulang tahun Lara di Grand Ballroom Cameron Plaza miliknya. Dengan 200 undangan orang-orang penting dan berpengaruh yang menjadi tamunya, di tengah buruknya publisitas mengenai dirinya dan kerajaan real estate yang dirintisnya. Dalam perjalanan menuju lokasi itu, cerita bergulir perlahan menggunakan alur mundur, begitu seterusnya, semakin mundur hingga ke masa kanak-kanaknya dan menjelaskan gaya khas penulis dalam menegaskan karakter tokoh dan motifnya. Pun hal yang sama terjadi pada karakter tokoh penjelas lainnya. Tokoh utama kita kali ini, Lara Cameron, diceritakan sebagai pengusaha real estate yang mengesankan dan berhasil dalam bidang yang didominasi pria, hingga mendapat julukan "kupu-kupu besi". Hal itu didapatkannya dari tempaan hidup yang keras, di mana penderitaan akan kemiskinan dan cinta ia hadapi. Ayah yang tak mencintainya, lingkungan yang memaksanya cepat dewasa dalam usia sedemikian muda serta rendahnya penilaian orang akan kecerdasan dirinya, semata hanya melihat keindahan tubuhnya.

Hidupnya mulai berubah sebab ia adalah orang yang peka pada kebutuhan orang lain. Salah satu tamu istimewa, Charles Cohn, membantunya melihat dunia dan mendukung ke arah yang baik. Meski proses pertama bangunan yang ia rintis harus dibayar dengan keperawanannya, Lara bertekad ia akan terus menghiasi kota yang ia incar dengan bangunan miliknya. Tekad itu semakin kuat dan nyata, disertai keberanian mengambil risiko dan berjudi dengan segala kemungkinan. Perlahan ia menemukan orang yang bisa ia percaya. Howard Keller, mantan bintang olahraga bisbol yang merelakan mimpinya demi merawat ibu tercinta dan beralih menjadi bankir, yang juga memendam rasa cinta pada Lara. Lalu ada Paul Martin, pengacara sekaligus Mafia Sisilia yang mencintai Lara dan cemburu saat tahu Lara menikah dengan orang lain. Philip Adler, pianis berbakat yang berhasil membuatnya melabuhkan hati.

Alur cerita terus bergerak mendeskripsikan beragam masalah dan keputusan yang diambil Lara dalam membangun kerajaannya. Juga beragam isu yang terjadi saat Lara sibuk berpikir tentang mewujudkan impiannya. Konflik yang hadir berulang kali adalah beragam negosiasi yang hampir batal, kalah tender, dan beragam hambatan dalam pembangunan gedung yang direncanakan. Namun konflik utama dan menjadi ending dalam kisah ini, adalah kasus penyerangan terhadap Philips, suami Lara dan tuduhan kecurangan dalam pembangunan kasini di Reno yang terkait Paul Martin. Semua bermuara pada cinta. Kecemburuan, kekecewaan, dan harapan memiliki Lara. Semua itu bersetting di beberapa kota seperti Skotlandia, Nova Scotia, Chicago, New York, London, Roma, dan Reno.

Awalnya, saya bingung menangkap kaitan judul novel ini dengan isi cerita. Meskipun ada sedikit kutipan di awal novel ini yang berbunyi

"Bintang berkilau menerangi bumi
Dan menyaksikan kita
Menjalani hidup kita yang remeh
Dan menangis buat kita" Moneft nodlehs

Saya kira semacam perumpamaan Tuhan atau takdir. Tapi di isi cerita, pada perjumpaan pertama Lara dengan Philip, Philip yang diibaratkan bagai kilau bintang menerangi bumi. Dan memang hanya ialah harta yang dimiliki Lara.

Beragam tips saat negosiasi dengan latar kultur berbeda dan psikologi manusia pun ada di novel ini, contohnya pada halaman 8 saat Lara memanfaatkan momen jetlag bankir Jepang untuk meeting dan memenangkan semua keputusan. Begitu juga psikologi warna saat membungkus kado bagi orang Jepang.

Jika ada tokoh Villain, yang diciptakan sebagai antagonis namun membuat pembaca iba dan merasa dia adalah protagonis, dalam novel ini saya jatuh iba pada Howard Keller. Begitu pun Lara Cameron.

Tak perlu diragukan, gaya bahasa penulis memikat seperti biasanya. Membuat saya betah membacanya seharian dan tak ingin beranjak hingga selesai. Seperti biasanya pula, penulis tidak pernah membiarkan semuanya terjadi sesuai dengan tebakan pembaca. Dia selalu berhasil dengan twist dan ending yang tak terduga dan tentu saja: happy ending!

Ini adalah novel kelima sidney yang saya baca. Sejujurnya, konflik dalam novel ini tidak begitu berat dibanding empat novel lainnya. Tapi, menarik... bahkan membumi sekali dengan tokohnya yang menurut saya manusiawi dan semacam roman. Terutama tokoh Lara yang merupakan paradoks. Mengalami masa kecil yang tidak bahagia, berusaha merebut kasih sayang ayahnya namun tak diakui, tapi tetap menghargai masa lalunya dengan menatap dan membicarakan yang indah meski tak ingin kembali lagi terhubung dengan masa lalu tersebut. Ia tidak dendam pada masa lalunya yang menjadikannya seperti sekarang ini. Memotivasi saya untuk tetap berpikiran positif, sederhana dan berbaik sangka. Yakin bahwa tetap masih banyak orang baik yang ada di dunia ini.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Aku begitu bahagia sehingga aku takut. Aku takut kalau satu pagi aku bangun dan mendapati ternyata semua ini hanya mimpi. Aku tidak pernah menyangka tadinya bahwa orang bisa merasa begini bahagia." (Hlm. 234)

"Hati-hati dengan apa yang kauinginkan, karena itu benar-benar bisa terjadi atas dirimu." (Hlm. 270)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget