Pages

13 October, 2015

[Review buku] Garis darah

Judul: Garis darah
Penulis: Sidney Sheldon
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 443 hlm, cetakan ketiga maret 1992
ISBN: 979 511 079 5

Perusahaan farmasi Roffee & sons yang berawal dari mimpi Samuel Tua, kini berubah menjadi sebuah dinasti. Bercabang di beragam mancanegara dan tanpa sadar menjadikannya sebuah kerajaan dengan suatu aturan khusus yang dilestarikan dari pendirinya. Bahwa perusahaan itu akan selamanya tertutup dan hanya akan diwariskan pada keturunan lelakinya. Hal itulah yang memicu konflik utama novel ini. Perdebatan antara para ahli waris.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah kalimat bijak yang kurang lebih berbunyi seperti ini, "Generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan."

Begitulah suasana yang terjadi sepeninggal kakek Samuel tua dan anaknya. Perusahaan yang awalnya dipegang dengan cakap oleh cucunya, Sam Roffee dikejutkan pada suatu fakta di pagi hari yang tenang. Berita mengenai kematian Sam Roffee yang tiba-tiba di pendakian gunungnya. Hal itu mengguncang Elizabeth Roffee, satu-satunya anak Sam yang mau tidak mau menjadi ahli warisnya. Ditambah, saat itu perusahaan sedang mengalami tahun terburuknya. Citra perusahaan mengalami kemerosotan karena beberapa berita miring, dan adanya sabotase beberapa penemuan perusahaan yang diindikasikan ada pihak tertinggi dalam perusahaan yang berkhianat--menjual rahasia perusahaan. Mengikuti nalurinya sebagai keturunan bergaris darah Roffee, Elizabeth memutuskan sebuah keputusan besar. Bahwa ia tidak akan menjual saham pada pihak luar, meskipun nyawa taruhannya. Ia bertekad menguak misteri dalam tubuh perusahaan. Meski ia harus berhadapan dengan para keluarganya yang tampak baik. Semua dimulai dengan mengenal keluarganya dan Rhys--partner kerja ayahnya sekaligus lelaki yang dicintainya. Siapakah yang menginginkan kehancuran perusahaan dan kematian dirinya? Walther? Ivo? Helen? Alec? Atau bahkan Rhys?

Bagi para penyuka genre crime, detective, dan psycology, novel ini pasti menarik. Begitu kaya isu yang diangkat, dengan sudut pandang perusahaan keluarga di bidang farmasi, novel ini menceritakan histori sebuah keluarga, hingga isu genre, kelainan jiwa, intrik dunia bisnis, pengkhianatan, persahabatan, dan tentu saja cinta.

Dimulai dengan menyajikan konflik utama, yakni saat berita kematian Sam yang akan mengubah haluan perusahaan, penulis masuk ke deskripsi detail mengenai para tokoh, latar belakang mereka dan motif yang mereka miliki. Lalu perlahan ke deskripsi perusahaan, hubungan ayah-anak pewaris perusahaan, dendam anak yang terabaikan dan haus kasih sayang, yang untungnya bisa diselamatkan dan diarahkan pada pembalasan yang positif. Kemudian penulis mulai main pada konflik utama dan konflik pendukung lainnya. Alur maju mundur namun cenderung progresif dan terus menuju klimaks. Beragam suspense (ketegangan) terus meningkat dan semakin membuat penasaran. Berkali saya menebak-nebak pelakunya, namun berkali pula saya terkecoh, meski hampir mendekati. Pintar sekali penulis memainkan pikiran dan emosi pembaca. Terlebih saat endingnya, menurut saya begitu dramatis dan menunjukkan keadilan sang penulis. Hukuman yang diterima persis setimpal dengan kejahatan yang dibuat.

Bahkan, di antara semua tokoh sentral dan konflik utama, penulis bisa menghidupkan satu tokoh baru menjelang akhir cerita yang justru membuat saya jatuh hati. Tokoh detektif Max Hornung, yang berlaku seperti Sherlock Holmes atau Hercule Poirot. Kehadirannya bagaikan mentari di siang hari yang menyatukan beragam puzzle yang terserak.

Gaya bahasa yang digunakan penulis pun begitu mengalir dan ringan dicerna. Hanya saja, saya menemukan beberapa typo dan kesalahan teknis dalam paragraf baru di novel ini. Oh ya, perlu diketahui, saya membaca novel ini dalam bentuk pdf/ebook, jadi saya kurang tahu tentang buku cetaknya. Dalam ebooknya sendiri, novel ini terpisah menjadi dua buku/seri.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Dia sama sekali tidak tahu siapa pembunuhnya, siapa yang begitu membenci merela sehingga melakukan tindakan mengerikan ini. Betapa pun, rasanya dia lebih bisa menerima kalau pelakunya seorang yang tak dikenal." (Hlm. 235)

"Dia seorang wanita di dunia lelaki, dan melihat bahwa hal itu membawa perbedaan. Itu adalah sikap yang lahir dari praduga kuno dan tak bisa dihindari. Para lelaki itu tidak senang menerima perintah dari seorang wanita." (Hlm. 273)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget