Pages

11 October, 2015

Ketika aku kian bodoh

Katakanlah aku begitu bodoh...

Ketika memutuskan berada di rumah, mengusahakan tak jauh dari orangtuaku yang tersisa di dunia.
Menghentikan karier di kantoran.
Mama dan uda hanya satu dan tak tahu sampai kapan bisa bersama.
Uang tak menjamin aku bahagia.

Aku pernah menjadi hedonis dan terperdaya dalam kemilau dunia.
Hiburan sepulang kerja selalu menuntut gaya hidup lebih materialistis, nonton, jalan, kulineran, dan lainnya.
Tapi tetap saja aku merasakan kekurangan.

Tak habis pikir, bagaimana aku ingin melanjutkan hidup?
Bagaimana menjadi hambaNya yang terbaik?
Aku pun tahu bahwa DIA tidak menyukai hamba yang lemah dan meminta-minta.

Ketika dunia semakin hedonis, berbakti di rumah, merawat orangtua menjadi sebuah anti mainstream.
Ketika titel sarjana mengharuskan muslimah bekerja dan menghasilkan jutaan rupiah.
Ketika semua ukuran manusia hanya membuat dada semakin sesak.

Maka, katakanlah aku menjadi kian bodoh...

Sebab, di pikiranku hanya menginginkan kesederhanaan.
Mengusahakan tiap menit terbaik.
Menjalankan amanah yang kuyakini mampu.
Berusaha tak mengecewakan.
Bersandar padaNya tentang segala masalah hidup.
Sakit hatiku... biar kubasuh dalam air mata dan zikir padaNya.
Penghiburanku... adalah dengan mengingat mati.

Biarlah... biarlah... aku menjadi bodoh di mata manusia,
Bila itu membuatku semakin dekat dan berkualitas kepadaNya.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget