Pages

20 May, 2017

Bertambah gaji=bertambah tuntutan

BERTAMBAH GAJI = BERTAMBAH TUNTUTAN

"Meta sekarang susah diajak ketemuannya. Sibuk banget! Alasannya selalu gak jodoh. Klise!"

Entah sudah berapa banyak pertemuan, undangan, dan kematian yang tidak dapat saya hadiri. Semua terjadi sejak saya pindah ke Bogor dan melejit sejak saya menjadi wali kelas di SMP.

Sejujurnya sebagaimana Feeling yang orientasi pada kenyamanan dan hasil (STIFIn), saya sejak awal tahu bahwa kenaikan jabatan--gayamu, Met!--ini akan banyak mengurangi kesenangan saya. Sedari awal saya menyadari bahwa kenyamanan hubungan saya dengan beragam pihak akan terganggu, sebab harus mendahulukan tugas. Padahal saat kenyamanan Feeling terganggu, hasil kerjanya akan memburuk.

Dari awal pula saya mencoba nego agar tetap di level bawah, nyatanya takdir Allah mendahului dan memastikan saya belajar banyak lewat amanah baru di SMP. Yaa, saat dunia memberikanmu lemon yang masam, maka ubahlah menjadi jus lemon. Akhirnya itulah yang saya lakukan. Saya ciptakan suasana yang membuat saya nyaman, beragam sugesti positif hingga hasil kerja saya tidak terganggu oleh mood yang mudah swing.

Setelah tercipta kenyamanan itu, banyak orang luar menanggapi sepenglihatan mereka saja. Kerja saya itu enak banget, kayaknya enggak capek mikir, jalan-jalan terus, praktik terus, bahkan sampai sempat latihan nyetir mobil, kayaknya banyak waktu luangnya dan gak ribet lah urus anak, dan gajinya sudah pasti lebih besar.

Haha... saya ketawa keras kalau ada yang bilang begitu, reaksi saya cuma "Yaudah, sini kerja di SMP. Biar kalian rasakan sendiri sensasinya."

Dari dulu sampai sekarang, namanya sukses itu hanya terlihat enaknya. Siapa yang tahu prosesnya banyak mengorbankan hal-hal penting bagi yang mengalaminya. Dan dari dulu, di perusahaan atau tempat kerja mana pun, naiknya gaji itu sudah pasti naik pula amanah, tanggung jawab, dan tuntutan.

Jangan pernah berharap naiknya gaji bikin kamu bisa ongkang-ongkang kaki, makan gaji buta. Meski ada yang begitu, tapi yaa kalau memang sesuai job desc kerja harusnya gak ada. Itu mah menyalahgunakan wewenang dan jabatan namanya, udah pasti gak berkah hidupnya.

Lewat tulisan ini, saya cuma ingin berbagi dan reminder untuk mempertanyakan lagi kredibilitas dan kompetensi kita, apakah sudah sebanding dengan gaji yang kita terima? Kalau belum, perbaikilah. Kalau sudah, alhamdulillah. Kalau ternyata menurut kita kurang sesuai, mungkin Allah membalasnya dengan gaji yang lain: rezeki yang tidak disangka-sangka.

Pada akhirnya, tetaplah bersyukur. Saya juga mohon maaf pada teman-teman yang seringkali tak saya hadiri undangannya. Sungguh, menata waktu agar mencapai life balance masih menjadi PR untuk saya. Bukan saya sombong (T_____T)

Pengakuan saja: jarak, waktu, dan usia berdampak pada hubungan kita. Mohon doanya selalu yaa agar tetap sehat.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget