Diambil dari sini |
Ingatan terkadang seperti kutukan.
Menyiksamu perlahan dan sulit dilepaskan dari kepalamu. Ia
melekat erat di kulit pikiranmu. Terutama untuk kenangan yang menyedihkan,
menyakitkan yang menyebabkan aktivitas
neuron dalam otak kita menjadi lebih cepat dan menimbulkan jejak-jejak kenangan (memory trace) yang lebih kuat dan dalam ketimbang kenangan yang menyenangkan. Seringkali kita lebih mengingat perlakuan buruk
seseorang kepada kita daripada kelakuan baiknya kepada kita. Mungkinkah
itu membuktikan bahwa melupakan itu lebih sulit daripada mengingat,
terutama melupakan hal-hal yang menyakitkan bagi diri kita. Kita tidak mungkin lupa dengan nama kita. Kita
tidak mungkin lupa dengan nama ibu kita. Kita bahkan akan mengingat
semua itu tanpa sadar, karena berhubungan dengan kehidupan kita. Lalu cobalah kita memaksakan untuk
melupakannya, apa yang terjadi? Tidak bisa kan?
Itulah, terkadang ingatan bisa menjadi sebuah kutukan.
Kau akan jauh lebih sulit melupakan, memaksa ingatanmu
hilang. Semakin dipaksa, semakin kau ingat bukan? Menyusuri jalan yang pernah
dilalui, menelusuri cerita yang pernah dirangkai, menyentuh, mencium, melihat,
merasakan apa yang terbiasa dikenali panca inderamu. Dilematis.
Maka sebaiknya, tidak usah berupaya keras melupakan,
melainkan cobalah berdamai dengan kenangan itu. Tarik napasmu dalam-dalam,
embuskan perlahan, kurangi durasi melupakan atau pun mengingat, lalu kenangan
itu akan terkubur perlahan di sudut otakmu. Tertumpuk bersama kenangan lain,
hingga menyerupai debu.
Ingatanmu perlahan mengabu, menjelma serpihan-serpihan.
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment