Hari perpisahan telah tiba. Perayaan
kedua kali yang hanya berselang dua bulan setelah perayaan pertama. Senin nanti,
ketika saya menolehkan kepala ke belakang, ke meja dengan telepon ext 124 tidak
akan ada lagi wajah ceria itu. Senior wanita, rekan kerja dan partner
travelling yang baru saja saya kenal beberapa bulan belakangan. Belum mengenalnya
terlalu dalam, baru sempat sehari menginap di rumahnya, bertemu keluarga
intinya, tapi saya sudah sayang. Terlalu mudahkah saya menyayangi orang yang
baru saya kenal? Hmm…, tidak juga. Saya sendiri bingung, kenapa bisa sedahsyat
ini dampaknya bagi saya. Hingga kamis lalu, saya sempat cemberut seharian dan
melakukan aksi diam hanya karena membaca email dari bos saya yang menanggapi
surat resignnya. Maaf ya, Kak. Tidak ada maksud apa pun, tidak ingin pula
membuatmu merasa bersalah atau gamang, namun memang kondisi saya sedang tidak
stabil hari itu hingga saya memutuskan untuk menyepi dan membolos kerja esok
harinya. Semoga kakak dapat memahami dan sedikit memaklumi kelabilan saya.
Kembali ke bayangan saya di
hari senin nanti. Tidak akan ada lagi wajah bulat yang ceria, yang selalu
membawakan kami makanan yang disiapkan oleh ibunya—namun malah kami yang
menghabiskannya, hahaa—setiap pagi. Tidak akan ada lagi sosok wanita yang
tangguh mencari tiket di sela kerjanya dan menceritakan keindahan tempat-tempat
yang dia eksplor hingga membuat kami iri dan menyarankan ia untuk menjadi guru
geografi—saking pintarnya ia menerangkan tempat-tempat itu hingga terbayang
nyata di hadapan kami.
Ada sedikit pemikiran bodoh
dari saya. Saya membayangkan, apa yang akan terjadi bila saya tidak menyetujui
pertukaran meja kita dahulu? Apakah mungkin kakak akan masih bertahan di sini
dan sayalah yang pergi meninggalkan kantor ini? Haha…, yah sedikit bernegosiasi
dengan takdir. Berharap pertukaran meja kitalah penyebabnya dan saya bisa
memutarbalikkan takdir dengan menukarnya kembali, ke tempat semula.
Akhirnya, saya hanya bisa
mengucapkan maaf terdalam dari lubuk hati yang paling dalam atas perilaku,
kata-kata atau pun sikap saya yang mungkin pernah menyakiti, baik sengaja atau
pun pura-pura tak disengaja, hehe. Dan terima kasih banyak telah hadir dan
memberi warna di hidup saya. Saya berdoa semoga yang terbaik yang akan kakak
dapatkan. Inilah saya, yang berbeda saat bertemu dan berbeda saat bicara
melalui tulisan. Saya memang belum mampu mengekspresikan diri saya dengan baik
dan benar.
Semoga sukses, Kak Oche!
peluKiss,
adikmu yang manja,
meta morfillah
No comments:
Post a Comment