Pages

22 November, 2013

Dear, Seniorita Petualang



Hari perpisahan telah tiba. Perayaan kedua kali yang hanya berselang dua bulan setelah perayaan pertama. Senin nanti, ketika saya menolehkan kepala ke belakang, ke meja dengan telepon ext 124 tidak akan ada lagi wajah ceria itu. Senior wanita, rekan kerja dan partner travelling yang baru saja saya kenal beberapa bulan belakangan. Belum mengenalnya terlalu dalam, baru sempat sehari menginap di rumahnya, bertemu keluarga intinya, tapi saya sudah sayang. Terlalu mudahkah saya menyayangi orang yang baru saya kenal? Hmm…, tidak juga. Saya sendiri bingung, kenapa bisa sedahsyat ini dampaknya bagi saya. Hingga kamis lalu, saya sempat cemberut seharian dan melakukan aksi diam hanya karena membaca email dari bos saya yang menanggapi surat resignnya. Maaf ya, Kak. Tidak ada maksud apa pun, tidak ingin pula membuatmu merasa bersalah atau gamang, namun memang kondisi saya sedang tidak stabil hari itu hingga saya memutuskan untuk menyepi dan membolos kerja esok harinya. Semoga kakak dapat memahami dan sedikit memaklumi kelabilan saya.

Kembali ke bayangan saya di hari senin nanti. Tidak akan ada lagi wajah bulat yang ceria, yang selalu membawakan kami makanan yang disiapkan oleh ibunya—namun malah kami yang menghabiskannya, hahaa—setiap pagi. Tidak akan ada lagi sosok wanita yang tangguh mencari tiket di sela kerjanya dan menceritakan keindahan tempat-tempat yang dia eksplor hingga membuat kami iri dan menyarankan ia untuk menjadi guru geografi—saking pintarnya ia menerangkan tempat-tempat itu hingga terbayang nyata di hadapan kami.

Ada sedikit pemikiran bodoh dari saya. Saya membayangkan, apa yang akan terjadi bila saya tidak menyetujui pertukaran meja kita dahulu? Apakah mungkin kakak akan masih bertahan di sini dan sayalah yang pergi meninggalkan kantor ini? Haha…, yah sedikit bernegosiasi dengan takdir. Berharap pertukaran meja kitalah penyebabnya dan saya bisa memutarbalikkan takdir dengan menukarnya kembali, ke tempat semula.

Akhirnya, saya hanya bisa mengucapkan maaf terdalam dari lubuk hati yang paling dalam atas perilaku, kata-kata atau pun sikap saya yang mungkin pernah menyakiti, baik sengaja atau pun pura-pura tak disengaja, hehe. Dan terima kasih banyak telah hadir dan memberi warna di hidup saya. Saya berdoa semoga yang terbaik yang akan kakak dapatkan. Inilah saya, yang berbeda saat bertemu dan berbeda saat bicara melalui tulisan. Saya memang belum mampu mengekspresikan diri saya dengan baik dan benar.

Semoga sukses, Kak Oche!

peluKiss,
adikmu yang manja,

meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget