Pages

13 November, 2013

Gadis - Seperti biasa

Ini malam kesekian yang memaksanya pulang larut. Tuntutan pekerjan, tentu saja. Di ibu kota yang jauh lebih kejam daripada ibu tiri ini, emansipasi rasanya terlalu berlebihan. Gadis merengut kesal. Hal ini adalah hal terakhir yang dia inginkan. Ia selalu iri dengan rekan kerjanya, yang apabila pulang larut, selalu ada yang menjemput. Atau masih ada yang searah sehingga mereka mudah diantar seperjalanan pulang. Sedang gadis selalu sendiri. Tidak ada yang menjemput--karena tidak ada yang dapat ia harapkan--atau pun searah dengannya.

Bagi yang melihatnya, itu perkara mudah sebenarnya. Tinggal panggil taksi atau naik ojek, masalah selesai. Namun tidak bagi gadis. Ia bukanlah orang yang mudah percaya sembarang orang lain. Bila naik ojek, biasanya ia memakai jasa tetangganya yang sudah ia kenal. Bila naik taksi, ia akan memilih taksi yang terpercaya atau kredibel. Namun untuk taksi, ia pun sangat-sangat menghindari untuk menjadi satu-satunya penumpang. Gadis sangat takut naik taksi sendirian. Ini terpicu oleh kisah nyata tetangganya yang hilang di taksi puluhan tahun lalu dan hingga kini tiada kabar, hidup atau pun mati. Ditambah ia terlalu sering mendengar kisah tidak menyenangkan terjadi di taksi. Hingga ia takut salah naik, yaitu ia menaiki taksi gelap.

Kali ini--setengah menangis--ia memutuskan naik taksi karena tidak ada satu pun yang menolongnya. Beragam doa ia rapalkan dalam hatinya. Agak menyalahkan diri sendiri pun ia lakukan. Yaa.. Kadang ia sebal pada dirinya sendiri. Orang-orang terbiasa menganggap dirinya wanita mandiri, perkasa dan pemberani sehingga mereka sering kali lupa akan sang gadis. Mereka luput, bahwa sang gadis tetaplah gadis dengan jiwa kanaknya yang agak penakut dan manja. Namun semua itu tertutupi dengan kelihaian sang gadis memainkan emosinya di hadapan orang lain. Gadis sendiri sering kali merasa lelah dan menangis diam-diam. Ketika ia berkata "Aku lelah", itu adalah lelah sesungguhnya, di mana ia sudah tidak sanggup lagi. Namun orang lain selalu memiliki ekspektasi tinggi terhadapnya. Mereka hanya tersenyum dan berkata "Ah, kamu pasti kuat karena kamu hebat."

Ketika sang gadis berkata dengan kesungguhan, "Jangan tinggalkan aku sendiri."

Sering kali orang menganggapnya sebagai lelucon yang didramatisir.

Bahkan ketika sang gadis nampak ingin menangis, mendung tampak di matanya. Mereka masih tidak mempercayai kerapuhan sang gadis. Jadi salahkah, bila sang gadis akhirnya memakai topeng dan jarang "speak up"?

Aah... Gadis merutuki diri. Ia hanya berharap, semoga ada yang dapat mengantar jemputnya tanpa ada fitnah dan tanpa ia minta. But, it's just in her dream. Mimpi sederhana baginya, namun rumit bagi yang mendengarnya. Terlalu tinggi. Seperti biasa.

With love,
Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget