Pages

04 November, 2013

From Monas to Merlion (part 3)



Hari ketiga di Singapura.

Kami bersiap dan check out dari hostel pukul 11.00 waktu setempat. Namun tas tetap kami titipkan agar kami dapat menikmati hari terakhir di Singapura dengan leluasa. Kami berencana akan kembali lagi ke hostel sore hari. Setelah menitipkan tas, kami menuju MRT Nicoll Highway yang terdekat dibandingkan stasiun Bugis. Dari Nicoll kami menuju ke Vivo, tujuan akhir MRT HarbourFront tanpa perlu transit. Dari mall Vivo, kami menuju ke Sentosa dengan bus. Di sentosa kami berpose puas di depan Universal Studio, Image of Singapore dan menyempatkan makan siang di Mc Donald.



Lalu kami menemukan bus gratis berwarna kuning yang mengantarkan ke berbagai tempat menarik di Sentosa. Kami mencobanya, menuju Museum kupu-kupu dan serangga. Suasananya sangat teduh di sana. Landscapenya pun bagus untuk berpose, sehingga tak kami lewatkan hehe. Sempat gerimis, namun tak lama cerah kembali. Setelah puas menjelajah Sentosa dengan melewatkan pantainya—karena cuaca yang kemudian menjadi terik—kami kembali ke Vivo dengan menaiki kereta khusus yang ternyata gratis pula. Membuat kami tercengang, dan menuliskannya di kepala kami, bahwa kami bisa gratis Pergi-Pulang Sentosa dan Vivo sebenarnya. Agak menyesal karena telah mengeluarkan ongkos untuk naik bus menuju Sentosa di awal tadi heheh.





Vivo ini sejenis mall, tapi keren. Karena di rooftoopnya ada semacam pantai kecil dan bisa melihat pelabuhan harbourfront dari sana. Viewnya keceee bangeettt…. Sempat bikin lupa diri dan mati gaya untuk berpose di sana hehehe. Dari Vivo, kami lanjut ke Bugis street untuk berbelanja oleh-oleh tas, gantungan nama dan lainnya. Selesai berbelanja kami kembali ke hostel untuk makan sore dan mengambil tas. Kira-kira pukul 19.00 waktu setempat, kami kembali ke Raffless Place, tempat sang Merlion berdiri dengan gagah dan setia menjadi magnet para turis untuk berfoto di sana. Kami menantikan pertunjukan laser di malam hari yang disiarkan dari Marina Bay Sands Hotel. Pukul 20.00 hingga 21.00 malam, kami menikmati kemegahan laser dari seberang yang diselingi kapal-kapal berseliweran di laut. Angin malam begitu dingin dan membuai kami untuk semakin terpesona akan view yang ditawarkan langit malam Singapura. Aah.. indah dan seru. Selesai pertunjukan kami langsung bergegas menaiki MRT jalur hijau yang mengantarkan ke bandara Changi, mengejar pesawat yang akan berangkat pukul 22.15. Alhamdulillah kami tidak telat, karena disiplinnya waktu MRT.

Nah.. dari 2 hari 2 malam perjalanan di Singapura ada banyak hal yang dapat saya bandingkan dan saya pelajari antara Singapura dan Indonesia. Yaa.. inilah niat utama saya bepergian, untuk memetik ilmu dan mentafakuri alam semesta. Agar saya dapat mempelajari apa yang baik dan perlu ditingkatkan dan apa yang harus ditinggalkan.

1. Disiplin dan Taat Peraturan
Saya mengakui bahwa untuk hal ini, Singapura is better than Indonesia. Benar-benar semua peraturan ditaati, karena CCTV ada di mana-mana. Berjalan di sebelah kiri, naik escalator berdiri di sebelah kiri karena sisi kanan hanya untuk yang ingin mendahului. Tempat duduk reserved seat di MRT selalu diberikan pada yang berhak (lansia, wanita hamil, wanita membawa anak, dan disabilitas). Sangat memperhatikan kebersihan, ketepatan waktu dan kenyamanan penduduknya. Indonesia mudah-mudahan bisa mencontohnya, walau negara kita begitu besar dan agak sulit menerapkannya tapi kita harus tetap optimist oh :)

2. Bahasa
Bahasa nasional Singapura apa sih? Setahu saya Bahasa Inggris, tapi tidak begitu oke juga ternyata orang-orangnya menggunakan bahasa yang satu itu. Lebih banyak bahasa cina, india dan melayu. Bahkan dari perbedaan bahasa tersebut sampai memiliki kota masing-masing loh. Terasa sekali perkotakan segmentasinya. Chinatown, little india dan Bugis adalah contoh yang begitu kentara. Saya sangat bangga loh di Indonesia yang begitu besar negaranya, kita bisa bersatu dan menyatu dengan bahsa Indonesia tanpa melupakan bahasa daerahnya masing-masing. Indonesia, aku makin cinta deh!

3. Keramahan
Yuhuuu… Indonesia memang ramah. Mengapa saya bilang begini? Sepanjang perjalanan saya memasang senyum, tidak ada seorang pun yang tersenyum—kecuali anak kecil dan bayi yang membalas senyum saya—pada saya. Semua sibuk mendengarkan headset atau menonton dengan gadget mereka. Negara yang begitu sibuk hingga senyum pun mungkin menghilangkan detik mereka yang berharga. Oh, my… saya begitu bersyukur orang Indonesia masih ramah dan masih ada yang suka tersenyum (bukan gila loh ya!) jika ada yang tersenyum pada mereka.

4. City Knowledge
Walau saya tidak begitu tahu tentang seluk beluk Indonesia, tapi saya masih tahu tentang seluk-beluk daerah yang saya tinggali, terutama tempat wisatanya. Nah.. entah karena penduduk yang begitu workaholic hingga tak sempat liburan atau menjelajahi negerinya sendiri atau karena memang tidak pernah mengunjungi tempat tersebut, sampai-sampai dengan jarak 500 meter dari Merlion—yang tertutup gedung—mereka bahkan tidak tahu letaknya. Kami bertanya pada tiga orang, di daerah yang begitu dekat dengan patung itu, namun mereka malah menyarankan kami untuk naik MRT lagi dan bilang masih jauh. Itu pun MRT yang disarankan beda jalur semua. Aneh kan! Masa icon negara sendiri mereka gak tahu, padahal orang yang tinggal dekat situ. Bersyukurlah saya masih bisa ngarahin jalan ke Monas, hahaha.

Masih banyak yang bisa saya syukuri karena saya lahir di Indonesia yang gemah ripah loh jinawi dan menenangkan. Saya pun berpikir, pantas saja jika banyak negara yang ingin menaklukkan Indonesia dan menjajahnya, karena memang Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) kita begitu hebat. Hanya kurang keyakinan aja. Makanya iman itu penting dan perlu. Kita harus mengimani bahwa kita mampu hebat dan melebihi kehebatan negara lain. So.. tetaplah yakin dan berusaha untuk menjadi bangsa yang hebat ya kawan. Mari kita jaga negeri tercinta ini, masih banyak kebaikan yang terserak dan dapat kita himpun di tengah carut marutnya negeri ini. Ibu pertiwi selalu layak untuk dipertahankan. DAMN!!! I love (you full) INDONESIA!!

With love,
Meta morfillah

1 comment:

  1. ngga ada tombol like thisnya ya??? mau nge like nih...

    ReplyDelete

Text Widget