Senyum tak lepas dari bibirnya | tapi jangan kau tertipu | kala hujan
mencumbu | meledak deras air matanya | "wanita" by : meta
Wanita,
seringkah kamu merasakan apa yang kutuliskan di atas?
Mengakulah… :)
Menjadi diriku ini tidak mudah. Maka aku
akan lebih berkasih-sayang dan menghormati diriku sendiri -MTGW-
Mungkin
inilah alasan utama bagi diri saya (khususnya) mencintai proses menulis. Tanpa mempedulikan
apakah tulisan saya bagus atau tidak di mata orang lain, bahkan kadang tak
berpikir juga apakah akan bermanfaat atau tidak. Karena bagi saya, menulis
adalah mendengarkan. Mendengarkan bisikan halus diri saya yang sering tertelan
riuh curahan hati-hati lainnya. Kejujuran akan apa adanya diri ini dalam
balutan kisah yang kadang saya samarkan. Semacam kode yang hanya saya dan Tuhan
yang tahu. Seringkali banyak orang menduga-duga apakah yang saya tuliskan
tentang diri saya, kisah nyata, atau bukan? Saya sangat menikmatinya. Beragam perspektif
dan praduga, yang kadang menyakitkan juga bagi saya. Beberapa di antaranya
dengan tegas dan sok tahu menilai diri saya seperti apa yang saya tuliskan. Mereka
mana tahu itu murni curhat atau bukan. Tapi tak apa. Saya tak melakukannya
untuk mereka.
Saya menulis,
hanya untuk menyayangi dan menghormati diri saya yang begitu kaya akan cinta
dan kenangan yang patut dimuseumkan. Jangan sampai ada yang tercecer hilang. Bahkan
dalam kepayahan, saya masih dapat tersenyum, menangis, dan terinspirasi ketika
membaca tulisan saya yang telah lalu. Di saat berbagai orang mencoba membuat
saya tertawa, hanya satu kalimat mampu menciptakan berjuta rasa di dada saya. Mampu
mengubah perilaku saya.
Ah…
entah pembuktian apa yang ingin saya dapatkan dari tulisan ini. Diri saya hanya
sedang ingin didengar saat ini. Sebuah doa dan pelukan. Itu saja.
Sejentik
gumam,
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment