Kedewasaan itu seperti apa sih?
Kalau dikit-dikit mancing konflik, apa iya itu kedewasaan?
Kalau dikit-dikit nadanya mengajak debat, apa iya itu kedewasaan?
Kalau ada orang memilih diam, tak menanggapi ocehan tak penting terutama yang berujung debat, apa itu cemen dan tidak dewasa?
Dilihat dari mana sih tingkat kedewasaan seseorang?
Dari caranya menyikapi masalah atau konflik kan?
Nah.. kalau yang menanggapi dengan frontal, apakah dianggap tidak
dewasa? Lalu yang diam karena tidak mau kotor, atau menerima jadinya
saja apa itu dianggap dewasa?
Ah.. memusingkan bicara tentang dewasa. Bahkan penulis pun sedang
mencari gambaran dewasa sesungguhnya seperti apa. Apakah ia makhluk
sejelas harimau yang memiliki empat kaki, berkumis, karnivor, berkulit
belang dan bertubuh garang? Ataukah penuh absurditas seperti udara, tak
berbentuk atau pun berbau?
Bolehkah penulis berkata, dewasa adalah menempatkan diri pada
situasi yang sedang terjadi secara pas. Ketika ada di grup komunitas
yang sedang bercanda, ya bercandalah sesuai konteks. Ketika berada di
lingkungan kantor, seriuslah sesuai apa yang seharusnya dikerjakan.
Ketika ada di keluarga, berperanlah sebagai peran yang harus dilakukan.
Dewasa itu tiada batas. Jadi begitulah yang penulis simpulkan.
Sepanjang hayat kita, teruslah mendewasakan diri. Tak usah melihat usia,
karena dewasa adalah hasil percepatan belajar dan pengalaman hidupmu.
Jangan lelah belajar dewasa. Sakit hati berkali-kali, tapi tetap percaya
harapan itu masih ada walau hanya tinggal Anda yang percaya.
Karena dewasa adalah pembentukan kebiasaan.
With love,
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment