Pages

06 November, 2013

Bagaimana rasanya menjadi orang tua, terutama Ibu?

Bagaimana rasanya menjadi orang tua, terutama Ibu?

Ketika kamu yang mengidam, melahirkan, menyusui, menemani sang anak bertumbuh dan berkembang. Menyuapinya dengan makanan terjaga, halal nan thayyib disertai doa, puja dan puji. Bahagiamu berlipat ganda kala mengetahui sang anak semakin pintar. Pun sakitmu, sering kali ingin kau tukar kesakitan yang dialami sang anak agar diberikan padamu saja. Hal itu terus berulang dalam hati, pikiran dan hidupmu.
Lalu sang anak mulai bertumbuh remaja. Mengenal cinta--monyet--dan sebagainya. Lebih sibuk dari sang anak yang kau besarkan dahulu. Perlahan ia mulai menjauh, meminta ruang pribadi. Tak membutuhkanmu lagi--sesering dulu--dengan alasan mau mandiri.

Bagaimana rasanya menjadi orang tua, terutama Ibu?

Ketika sang anak--yang mengaku mandiri--hanya datang padamu saat ia sakit. Kaulah nomor satu yang dicarinya bila ia letih, sedih dan kehilangan energi. Kau begitu bahagia kala ia mengingatmu, pun sedih karena ia hanya mengingatmu sisa-sisa. Tapi kau pendam segalanya, kau tetap bersyukur karena ia anakmu.

Bagaimana rasanya menjadi orang tua, terutama Ibu?

Ketika tiba hari perpisahan sesungguhnya, yaitu saat sang belahan hatimu menemukan pasangannya. Ia harus terpisah, meninggalkanmu sendirian. Sudah hukum alam. Walau enggan, tetap tak kau tampakkan.

Katakan padaku ibu, bagaimana rasanya menjadi orang tua?

Tidakkah kau menyesal? Selama ini yang kau berikan tak kembali, bahkan mungkin sia-sia??
Oh ibu.. Adakah rumus matematika mampu menghitung laba rugi yang kau alami?
Adakah auditor internal mampu meluruskan fraud atas hak waktumu yang hilang tanpa arti?
Adakah suatu ilmu yang mampu mengukur kebesaran hatimu? Yang dimulai dengan enggan namun tetap kau relakan.

Dan kau hanya tersenyum tiap kali kutanyakan pertanyaan yang sama.

Bagaimana rasanya menjadi orang tua, terutama Ibu?

With love,
Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget