Pages

21 November, 2013

[Cerbung] Rumah Nomor 22 -part 2-



Jadwal Piket

“Duh, berantakan sekali!” keluh Malud saat ia melihat keadaan ruang tamu yang berserakan kertas warna bekas prakarya Laya yang belum dibersihkan. Sebagai lelaki, Malud adalah pribadi yang agak cerewet mengenai kerapian. Gadis, Tria dan Zou yang sedang asyik menonton televisi di ruang tengah menolehkan kepala mereka serentak mendengar keluhan Malud. Mereka melihat Malud cemberut sambil merapikan kertas yang berserakan tersebut.
“Kayaknya kita harus bikin jadwal piket deh!” ujar Malud sekembalinya dari membuang kertas tersebut ke tempat sampah di teras depan.
Gadis, Tria dan Zou saling melirik.
“Nanti malam kita adakan rapat ya, saat semuanya sudah kumpul. Nanti aku wasap si Zaladi. Biar dia atur rapatnya,”
Gadis, Tria dan Zou hanya mengangguk patuh. Sepertinya Malud sedang lelah, hingga ia jadi lebih banyak bicara dari biasanya.
***
Seusai makan malam, Zaladi mengumpulkan semua penghuni kamar di rumah nomor 22 tersebut. Atas permintaan Malud, maka dibuatlah sebuah rapat di ruang tengah. Walau agak lelah dan ingin cepat masuk kamar untuk tidur, Gadis tetap mengikuti rapat tersebut karena ia sekarang merupakan bagian dari mereka.
“Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” ujar Zaladi membuka rapat.
“Walaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuuhh,” terdengar koor kompak suara seluruh penghuni rumah.
“Teman-teman, maaf sebelumnya saya sudah menyita waktu kalian demi rapat ini. Tapi ada hal penting yang harus kita bicarakan mengenai masa depan rumah kita, tsaahh…,”
“Eaaa…, rumah kita,” ujar Setyo menimpali perkataan Zaladi yang agak merayu dengan gaya kemayunya yang dibuat-buat sehingga menjadi lucu.
“Woy, fokus woy!” ujar Jaslim dengan tegas.
“Iya, maaf.”
“Nah, jadi berdasarkan keluhan Malud dan beberapa keluhan penghuni lainnya juga sih, seperti Gadis, Jaslim, Tria dan Zou tentang kerapian dan kebersihan rumah kita, sepertinya kita harus menggalakkan jadwal piket seperti di jaman sekolah dulu. Bagaimana?”
“Setujuu…,” koor Jaslim, Gadis, Tria, Zou dan Malud. Sedangkan sisanya mengangguk-angguk menyetujui.
“Nah, biar adil kita voting aja namanya ya. Di sini kan ada enam belas orang. Nah dibagi tujuh hari berarti sekitar dua orang per hari. Nah, sisanya dua orang kita tempatkan di hari Sabtu dan Minggu. Karena weekend gitu biasanya kan semua pada di rumah soalnya jomblo,” ujar Zaladi tersenyum.
“Yeee… enak aje, gw ngapel tiap malam minggu. Sori bro, gw gak bisa hari Sabtu,” ujar Setyo.
“Kurang asem, Zal,” timpal Zou.
“Lo doang kali yang jomblo, Zal,” ujar Jaslim disambut anggukan seluruh penghuni rumah disertai berbagai komentar mereka masing-masing sehingga suasana langsung ramai dipenuhi tawa.
“Hahaha…, iya iya. Pada gak mau ngaku jomblo padahal mah emang jomblo. Gak ada yang diapeli atau pun ngapelin. Eh udah, langsung voting aja. Siapa yang mau ngisi di hari apa gitu. Misalnya kayak Setyo tadi, gak mau di hari Sabtu,”
“Yah, jangan gitu dong. Dikocok aja, biar adil. Tar pada gak mau milih hari Sabtu atau Minggu, njur kudu piye?” ujar Tina memberi usul.
“Hmm… iya juga, betul tuh kata Tina,” Fauzi menimpali. Asal tahu saja, Fauzi ini menyimpan rasa suka pada Tina, sehingga apa pun yang Tina katakan ia pasti mendukung dan mengiyakannya.
“Iya, aku juga setuju usul Tina,” ujar Laya.
“Ya, Zal. Dikocok aja biar pada terima. Mau gak mau itu udah tanggung jawab. Kalau pun memang gak bisa di hari itu nantinya, coba ditukar jadwal aja. Masak iya sih nggak bisa terus-terusan. Lagian piket kan gak seharian juga, pun ngapel,” cengir Gadis sembari melirik Setyo.
“Hahaha…, iya dah. Ikut aturan dah,” ujar Setyo.
“Oke, kalau gitu kita kocok yaaa…, tolong dong buatin kocokannya, Senin sampai Jumat ditulis dua kali. Sabtu dan Minggu ditulis tiga kali,” ujar Zaladi.
Foren dan Ilma berinisiatif membuat kocokan tersebut. Tidak sampai lima menit, nama-nama hari itu telah tergulung di sebuah kertas dan siap dikocok.
“Oke, langsung bagikan saja dan semua ambil satu per satu. Jangan dibuka dulu sebelum aku suruh buka,” ujar Zaladi.
Dyani langsung maju dan membagikan kocokan tersebut ke seluruh penghuni rumah. Saat semua sudah memegang undian, Zaladi berkata “Laya, tolong catat hasilnya ya. Nanti pindahkan ke Microsoft Word lalu diprint dan ditempel. Nah, sekarang dimulai dari aku ke kanan, sebutkan nama hari kalian. Boleh dibuka sekarang,”
Serentak mereka membuka gulungan kertas mereka masing-masing.
“Gw Senin,” ujar Zaladi.
“Aku Kamis,” ujar Malud.
“Aku Kamis juga. Wah, kita jodoh, Mal!” ujar Zou seakan ingin memeluk Malud, namun ditepiskan Malud yang merasa geli dengan tingkah Zou.
“Hahaha…, aku Minggu,” ujar Fauzi dengan penekanan di huruf ‘g’ ketika mengucapkan ‘Minggu’ karena logat Malangnya.
“Gw Jumat. Alhamdulillah, malam minggu gak disuruh piket, hahahah.” Setyo terbahak sendiri, sementara yang lain menggelengkan kepala melihat ulahnya.
“Gw Sabtu,” sahut Jaslim.
“Rabuuu,” ujar Gadis.
“Minggu,” ujar Tria.
“Aku Minggu juga. Yess, ada Tria yang rajin. Aku bagian mandor aja, hahaha,” ujar Fathia dengan logat khas bataknya.
“Enak aja, kerja juga kamu,” ujar Tria sambil mencubit pelan Fathia yang tertawa.
“Aku Sabtu, bareng Kak Jaslim,” ujar Foren.
“Aku juga. Sabtu,” ujar Dyani.
“Pas banget tuh, cewek jomblo semua…, ADAWW!!” celetuk Setyo yang kemudian dijitak oleh Jaslim.
“HAHAHA…, rasain,” ujar Fathia terbahak.
 “Aku Jumat,” ujar Via sembari tersenyum.
“Yess, bareng Kak Via. Setidaknya ada cewek yang lebih ngerti caranya bersihin rumah, hahaha…,” ujar Setyo disertai cengiran tengilnya.
“Dasar playboy!” sahut Laya dengan logat Makassarnya.
“Aku Senin,” ujar Naita.
“Wah, kita berjodoh, Naita. Semoga dengan adanya piket ini, kita mampu belajar merapikan rumah tangga kita nanti, ya,” ujar Zaladi dengan gaya playboy cap kabelnya.
“Hweekk…,” Laya, Gadis dan Jaslim meniru pose orang mau muntah mendengarnya.
“Iya ya, Zal,” Naita menimpali.
“Issh,, kalian ini bikin eneg aja,” sahut Laya namun dengan wajah tersenyum.
“Aku Selasa,” ujar Tina.
“Aku Rabu, bareng Kak Gadis,” sahut Ilma.
“Terakhir aku, ya. Aku hari Selasa,” ujar Laya.
“Coba dibacakan ulang jadwalnya, Laya,” pinta Zou.
“Oke. Jadi hari senin itu jadwalnya Zaladi dan Naita. Selasa, Tina dan aku. Rabu, Kak Gadis dan Ilma. Kamis, Malud dan Zou. Jumat, Setyo dan Via. Sabtu, Kak Jaslim, Dyani dan Foren. Minggu, Fauzi, Tria dan Fathia. Ada yang belum kesebut? Atau salah? Protes sekarang, biar langsung aku betulkan,”
“Sudah benar semua, Laya. Terima kasih,” ujar Gadis.
“Oke, kalau begitu. Besok jadwal ini akan ditempel oleh Laya dan mulai dijalankan yaa. Berarti besok yang bertugas adalah Malud dan Zou. Selamat. Rapat saya tutup dengan hamdalah,” ujar Zaladi.
“Alhamdulillaah,” serempak semua mengucap hamdalah.
“Selamat beristirahat semuaanyaa,” ujar Gadis.
Jam di dinding telah menunjukkan pukul 21.00 WIB, mereka pun membubarkan diri. Sebagian langsung menuju kamarnya, sebagian masih ada yang asyik mengobrol di ruang tengah. Gadis merasa lelah karena harus berangkat pagi besok, maka ia langsung masuk ke kamarnya. Tidak sampai lima menit, ia sudah pulas menuju lautan mimpi.

(bersambung)
Meta Morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget