If a man expects a WOMAN to be ANGEL in his life, THEN he should create
a HEAVEN for her #nobodyisperfect
:))
Itu cuplikan salah satu twitt
saya ketika masih agak unyu—walau sekarang tetap unyu—setahun lalu. Saya ingat,
kala itu saya tengah jatuh hati—lebih tepatnya mengagumi—seorang ikhwan. Di mata
saya, dia sangat—mendekati—sempurna. Bahkan karena dia, saya sempat mencoba
mengimbangi kesempurnaannya. Yaa... sebuah kebodohan. Memaksa menjadi bukan
diri saya sendiri. Lelah bukan kepalang. Tapi kala itu, entah mengapa, saya
menikmati prosesnya. Setidaknya saya tahu bagaimana menipu diri sendiri, bahkan
mungkin mencoba menipu Tuhan. Saat itu, benar-benar bukan diri saya. Bukan mencoba
berubah lebih baik demi Tuhan, melainkan demi dia. Itu sudah salah. Sangat salah.
Namun Tuhan memang baik. Ia menyadarkan
saya dengan skenario yang telah dibuat olehnya. Lelaki itu menemukan
padanannya. Mereka menikah di jalan cinta para pejuang. Jalan dakwah. Saya rela,
sangat rela. Patah hati pun tidak. Wanita itu serupa bidadari yang memang cocok
untuk ditempatkan dalam surga yang dibuat oleh lelaki itu. Itulah mengapa saya
menulis twitt seperti di atas. Semua itu adalah bukti Tuhan. Janjinya yang tak
pernah ingkar. Ketika kita telah berupaya semaksimal mungkin, berdasarkan atas
cintaNYA, maka akan diberikan sesuai pula. Bahkan walau ada yang mencoba
memalsukan diri—seperti saya—tetap tidak mampu menipu garis takdir yang patut
diperolehnya. Itu adalah pecutan bagi saya.
Mungkin lanjutan twitt di
atas adalah, bila saya mengharapkan seorang lelaki yang mampu menuntun saya ke
surga, saya harus memantaskan diri menjadi bidadari penghuni surganya. Yaa… itu
saja. Walau saya masih banyak kekurangan, saya percaya saya mampu mencapainya. Walau
banyak orang memandang sebelah mata pada prinsip saya, tak jarang meremehkan
pula ketika melihat kelakuan saya yang terkadang masih “agak longgar” dengan
lelaki, saya tetap yakin. Karena bila bukan saya yang mempercayai diri saya
sendiri, siapa lagi?
Jangan sekali-kali meremehkan manusia lain, bahkan Tuhan pun tidak
pernah.
With love,
Meta
morfillah
No comments:
Post a Comment