Pages

14 November, 2013

Itu Pilihanmu, nikmatilah!

Sepi di tengah keramaian


Ada yang menyebalkan dari dalam diri ini. Fisik memang lelah, namun hati lebih lelah. Kamu tahu? Sepertinya ada yang jauh lebih kubenci daripada menunggu, yaitu ditinggalkan. Aku lelah berteriak “Jangan tinggalkan aku,”
Aku lelah dengan ini semua. Tapi kepada siapa aku mengadu? Tuhan mungkin sudah terlalu bosan. Aku tak mau mengusiknya terus dengan keluhanku yang menggunung.
Aku sakit. Tapi hatikulah yang paling sakit. Walau ragaku sehat, kalau hatiku sakit apa yang dapat kulakukan? Sehat sejak dalam pikiran saja sulit.

Ini terlalu kekanakan. Aku tahu. Aku sadar. Tapi ini kekuranganku yang utama. Dan aku hanya bisa terdiam.

Aku ingin marah, melampiaskan kekesalanku agar semua orang tahu bahwa aku sedang marah. Tapi aku sendiri di sini. Aku harus tahu diri.

Mau menyalahkan boss? Memang kamu siapa, Met? Seberapa pantas kau mendapatkan perlakuan khusus? Seberapa penting kehadiranmu di sini? Bahkan sangat mudah menggantikan arti hadirmu, Met!

Mau menyalahkan mereka yang meninggalkanmu? Hei.. kamu tahu apa tentang hidup, Met? Mereka pun jiwa yang sudah lelah, tersakiti dan ingin bebas. Berhakkah kamu menghalang-halangi? Kamu tidak pernah cukup pantas untuk menghalaunya. Bahkan kamu bukan siapa-siapa mereka. Adik? Bukan. Teman? Bukan. Rekan yang sangat baik? Bukan. Apa nilai lebihmu?

Mau menyalahkan siapa?

Ya cuma bisa salahkan diri sendiri toh! Salahmu sendiri datang di waktu yang tidak tepat. NASIB Met, NASIB! Maka tanggunglah kekesalanmu sendiri saja. Nikmati bahwa kamu akan kembali terasing. Sendiri. Karena itu hakikat sejati tentang hidup ini. Kamu akan SELALU ditinggalkan. Karena kamu tidak pernah tega meninggalkan. Maka kamu harus menerima pilihan itu.

Ah, C’est la vie, Met.

Menangis saja… walau tidak akan pernah menyelesaikan masalahmu.

Pergilah. Menghilang sajalah (lagi)! Bukankah itu keahlianmu? Lari dari masalah. Lalu kembali dengan wajah tak berdosa, seakan tak pernah terjadi apa-apa. Memorimu akan otomatis mengapus kenangan jelek tersebut. Itu kelebihan—atau kelemahan?—utamamu bukan? Lalu perlahan kau akan dijauhkan. Kredibilitasmu akan hancur. Yaa… nikmati saja, Met. Itu pilihanmu.


Meta morfillah

4 comments:

  1. menangis lebih baik daripada menahan tangis padahal hati meringis #eaaa #maksa

    akhirnya aku tahu namamu, sebab minggu kemarin cuma mendengar samar saja, hehe. namamu meta, ya? salam kenal. senang ketemu di #BincangBuku kemarin :)

    ReplyDelete
  2. Sometimes we must be hurt in order to grow, fall in order to know, LOSE in order to gain, and sometimes we have to be broken so we can be whole again.

    Dan bagi hati dan lisan yg tak mampu lagi mengeluh, air mata adalah ungkapan yg paling jujur yg mampu meringankan bebanmu.

    *big hug*
    {}


    *#uhuk buat comment yg sebelumnya.... haahahhhaah

    ReplyDelete
  3. Hai Cepi, Makasih sarannya. Senang juga bertemu kamu, nambah lagi kenalan penulis :)


    Kak Liliiiiiiiii..... iiihhh... sempat-sempatnya godain orang yaaa *emot cubit*
    Ya kaa.... belajar dewasa itu menyakitkan yaaa, but it's a must (T__________T)


    Puthut, Thank you, yang motoin fotografer pre wed soalnya. Candid tapi karena subjeknya kece ya fotonya tetep kece *ups*

    ReplyDelete

Text Widget