Pages

18 November, 2013

Cinta dalam Stoples

Picture from here
Aku melangkahkan kaki memasuki rumah baruku. Semuanya bernuansa putih, tertutupi kain. Agak berdebu. Rumah dengan selera vintage yang tinggi. Aku menerka pastilah pemiliknya dahulu seorang wanita yang anggun. Komposisinya begitu teratur. Pemilihan lukisan dinding pun terasa sangat kuat. Ada keanggunan yang terpancar dalam tiap sudut ruangnya. Namun entah mengapa, aku pun menangkap rasa sepi yang teramat sangat.

Kutelusuri tiap ruang. Ruang tidur, ruang mandi, ruang makan, dapur serta ruang teras belakang.
Aku suka dengan selera pemilik sebelumnya--yang kuduga kuat adalah seorang wanita lajang. Setelah puas melihat-lihat, aku mengempaskan tubuhku ke sebuah kursi di ruang makan. Lalu aku tertarik akan sebuah benda yang agak aneh untuk ukuran gaya di ruang ini. Sebuah stoples plastik kecil yang amat biasa di tengah meja makan. Tertutup vas bunga, sehingga aku kurang memperhatikannya tadi. Nampak sudah lama dibiarkan di sana dengan sengaja--terlihat dari lingkaran debu yang menumpuk di sekeliling stoples itu, saat kuangkat dari tempat asalnya. Aku menimang-nimang stoples itu. Ada isinya, namun tidak terlihat karena ditutupi kain belacu berwarna putih. Ingin aku membukanya, namun hati terasa sungkan. Pantaskah aku melihatnya? Sepertinya stoples ini begitu spesial. Apakah pemiliknya terlupa?

Kuletakkan kembali stoples itu pada tempatnya. Sementara aku memutuskan beristirahat sejenak sebelum merapikan rumah baruku.
**

Seminggu terlewati. Aku menikmati rumah baruku ini. Namun seringkali aku melirik ke arah stoples itu. Bolehkah aku membukanya? Sebagian hatiku berkata jangan. Mengingatkan itu adalah hal yang tak pantas. Sebagian hatiku berkata boleh, karena sekarang aku adalah pemilik rumah ini. Haaaahh... Aku menghela napas panjang. Menahan diri.
**

Hei, ini sudah sebulan. Sepertinya pemilik lama tidak merasa kekurangan atau kehilangan. Jadi aku memutuskan membuka stoples itu hari ini.

Aku duduk menatapnya lamat-lamat. Perlahan meraihnya dengan gemetar. Entah mengapa, aku merasakan suatu ketakutan yang amat sangat, namun rasa penasaranku mengalahkannya. Perlahan kuputar tutup berwarna merahnya. Kuangkat sebuah kain belacu putih dari atasnya. Saat kulongokkan kepalaku ke dalamnya, betapa aku terkejut!

Seketika aku merasa dunia berputar dan memojokkanku.

Isi stoples itu adalah sepotong cinta. Yang berdenyut lemah. Dan aku mengenalinya, ia adalah cinta milik Prameswari--wanita yang kutinggalkan setelah pengorbanannya di masa terpurukku.(*)


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget