Pages

21 January, 2017

[Review buku] Inkspell

Judul: Tintenblut / Inkspell
Penulis: Cornelia Funke
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 680 hlm, 18 cm, juni 2012
ISBN: 978 979 22 8426 3

Setahun berlalu, namun hasrat Meggie untuk masuk ke dalam dunia buku yang telah memenjara ibunya dahulu semakin tinggi. Meski berulangkali Mo dan Resa melarangnya, Meggie tetap memimpikannya. Hari itu pun tiba, di mana Farid tiba-tiba datang meminta pertolongannya agar mengirim dirinya ke dunia Inkheart demi melindungi Staubfinger, yang berhasil kembali dengan bantuan Orpheus si pembaca jahat.

Keingintahuan Meggie ternyata berbuntut panjang. Ia menarik banyak orang ke dalam dunia itu. Bahkan saat bertemu dengan Fenoglio, penulis buku tersebut, cerita berjalan di luar kendali. Fenoglio tidak lagi berkuasa atas kata-katanya. Peran dan kisah berjalan sendiri. Bahkan kematian hampir menjemput Mo dan mengajak Farid. Sayang, Staubfinger merelakan dirinya yang dibawa pergi Perempuan Putih. Bagaimana cara mengembalikan Staubfinger dari kematian?

Buku kedua ini jauh lebih tebal, lebih banyak tokoh, dan saya merasa lebih detail hingga letih membacanya (mungkin sebab saya sedang sakit juga) dan sering melewatkan detail deskripsi. Memang konflik pun semakin rumit dan tajam. Pada buku ini, saya lebih merasa penonjolan karakter Staubfinger, dibanding Meggie dan Mo. Agak teringat dengan film drama korea berjudul W di mana pada akhirnya penulis tidak berkuasa lagi atas ceritanya dan berkorban dengan mati dalam ceritanya sendiri.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Kau meremehkan kata-kata! Percayalah, mereka sangat kuat, lebih kuat daripada yang kaubayangkan." (H.207)

"Tidak ada tumbuhan obat untuk patah hati." (H.222)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget