Pages

09 June, 2016

Detik menuju pisah

"Bu, kenapa pulangnya cepat sih, setengah 12?"

"Loh, bukannya kalian malah bilang lama? Kalian kan suka bandingin sama teman kalian yang pulangnya jam 11, tapi kalian jam 2. Sekarang dipulangin cepat, malah pengen lama. Kumaha iyeu teh?"

"Jam 1 aja, Bu pulangnya. Bosan di rumah. Enakan di sekolah."

Saya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Lalu mereka berebutan memeluk saya. Seorang murid akhwat berkata pada saya, "Bu... Ibu ikut ke rumahku, yuk!"

"Ada acara apa di rumahmu?"

"Gak ada. Aku pengin ajak Ibu main aja ke rumahku. Aku gemeeeeeeeessss banget sama Ibu."

"Yee... memangnya Ibu boneka bikin gemas!?"

"Iyaa... Ibu tuh lucu. Ibu cepetan dong hamil, biar dedenya bisa main sama kita!"

"Ih mana bisa. Ibu Meta nikah aja belum," jelas murid ikhwan terpintar di kelas.

"Aah... Ayo dong Ibu nikah. Cepetan."

"Aduuh... memangnya nikah kayak mau jalan-jalan? Bisa langsung cepetan. Doakan saja yaa..."

"Aaamiiinn... kita selalu doain ibu kok. Semoga Ibu nikah sama Pak *****"

"ISTIGHFAAAARR!!"

"HAHAHAHAHA"

Lalu malah pipi saya dicubit-cubit dan diserbu pelukan mereka. Ah... tinggal beberapa hari lagi kebersamaan dengan mereka. Setelah itu mereka libur dan kami berpisah. Pasti... akan sangat merindukan mereka. Terpilih untuk masuk dalam kehidupan dan kebahagiaan masa kecil mereka yang giat belajar dan sholih adalah sebuah anugerah. Mungkin nanti, saya hanya akan menjadi salah satu nama yang lupa mereka ingat sebab hanya sekadar hadir 7 bulan dalam periode hidup mereka. Tapi bagi saya, mereka akan hidup selamanya dalam ingatan saya. Anak-anak saya yang hebat. Sebuah kisah klasik untuk masa depan.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget