Pages

17 June, 2016

#Day11 Jalan memutar

#Day11 Jalan Memutar

Pernah berpikir bahwa jalan hidup kita rumit dan berkelok-kelok tidak?

Saya sering. Seperti hari ini, saya menyadari bahwa Allah mengantarkan saya pada satu mimpi saya yang lain, namun melalui jalan memutar. Mimpi itu adalah: Naik gunung.

Sejak 2013, saya berkenalan dengan banyak pendaki gunung. Beberapa sangat dekat, bahkan. Hingga kadang saya merasa bahwa saya bagian dari mereka. Saya bisa membayangkan ada di hutan mati papandayan, mereguk segarnya air ranu kumbolo, mengintip matahari di puncak rinjani, meski saya tidak pernah berada di sana. Hampir tiap tahun, dan klimaksnya di bulan agustus. Pendaki banyak yang berlomba ingin merasakan sensasi menancapkan sangsaka merah putih dan upacara 17 agustus di puncak. Itu adalah masa ujian bagi saya. Grup akan ramai membincangkan hal tersebut, namun saya hanya akan diam. Tidak pernah tahu seperti apa rasanya, lelahnya, kepuasannya, dan lainnya. Sering juga saya minta izin left bila tak tahan godaan. Menyebalkan ketika kamu menjadi satu-satunya orang yang tidak terlibat hanya karena izin. Yaa... sudah bukan anak-anak lagi, tapi tetap saja saya milik orangtua saya. Saya harus pergi seizin mereka. Dan entah mengapa pula, mama amat tidak mengizinkan saya naik gunung. Meskipun dengan orang yang sudah amat beliau kenal.

Tahun berganti, saya resign dan berganti kantor serta pindah domisili juga. Mimpi naik gunung tetap ada, meski sisa-sisa. Ternyata melalui perenungan dan pergulatan batin, saya pun harus hijrah total ke kota baru. Saya harus menetap dan bekerja di kota itu tanpa kembali melongok kota kelahiran. Rumitnya lagi, saya harus menjelma sosok yang paling saya hindari sebab saya tahu begitu berat dan mulia tugasnya, dunia akhirat: menjadi guru. Menjadi guru saja sudah sulit, ditambah di sekolah islam yang menuntut kualitas spiritual terjaga dan juga berbasis sekolah alam yang memiliki banyak program dan kegiatan alam.

Genap tujuh bulan, saat saya sedang sibuk mengolah data rapor ada pengumuman. Bahwa guru akan naik gunung ke Gede akhir Juli untuk materi outbound dan SAS. Kalian tahu? Rasanya saya ingin teriak. Bagai pucuk dicinta ulam tiba. Penantian saya selama ini berbuah manis. Mama pun mengizinkan karena memang itu untuk kepentingan dan tuntutan profesi. Tinggal saya sibuk meminjam semua peralatan yang asing di telinga saya.

Well... saya ingin terbahak rasanya. Ketika menyadari bahwa Allah menuntun saya ke mimpi saya, hanya saja jalanNya memutar agak jauh, namun indah. Tanpa perlu saya membangkang pada orangtua, memaksakan diri, dan pergi dengan kawan perjalanan yang salah. Semuanya perfect! Perjalanan ini persis rihlah dakwah dan kesempatan saya tafakur serta tadabbur ayatNya yang bertebaran di alam ini.

Satu kuncinya, PERCAYA PADA ALLAH. Bahwa segala pengorbanan kita akan dibalasnya dengan manis. Hidup kita yang terlihat rumit dari bawah sini, barangkali di atas sana sebenarnya merupakan rajutan kalamNya yang indah. Persis seperti jahitan yang tampak tidak teratur dari bawah, namun sebenarnya membentuk keteraturan sebuah pola dari atas.

Bagaimana, kamu mau percaya?

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget