Pages

05 January, 2017

[Review buku] Lautan langit

Judul: Lautan langit
Penulis: Kurniawan gunadi
Penerbit: CV IDS
Dimensi: xvi + 208 hlm, 14 x 20 cm, cetakan pertama september 2015
ISBN: 978 602 72395 1 7

Buku kedua setelah "Hujan Matahari" berisi kumpulan cerita khas mas gun dari tahun 2013-2015. AMAT SANGAT BIKIN BAPER! Soalnya semua yang dirasakan di usianya sama dengan usia saya saat ini. Keresahannya mewakili keresahan saya. Tidak hanya tentang dia, kamu, tapi juga mereka, ibadah, Allah, dan diri sendiri.

Juga menjelang perjuangannya menuntaskan penantian, hingga berakhir di pelaminan. Harapan akan keluarga dan generasi mendatang. Membacanya bisa saja satu jam selesai. Tapi setiap selesai satu prosa, saya merenung. Mendapat banyak ide tulisan. Banyak sekali kalimatnya yang bisa memantik saya membuat cerita lain.

Sayangnya banyak juga typo, tapi tak mengurangi kekerenan isinya.

Lautan dan langit terlihat sama-sama biru, tapi keduanya benar-benar berbeda. Sama seperti kita hari ini.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Apa yang berasal dari hati merupakan buah manis dari kesabaran sekaligus perjuangannya melalui fase-fase kehidupan." (H.x)

"Aku tidak mau menjadi sebab dia melawan orangtuanya.
Dia mengalah untuk memenangkan suatu yang sering dilupakan banyak orang: restu kedua orangtua." (H.15)

"Ada dan selalu ada yang tak kan pernah didapatkan oleh manusia sekuat apa pun dia menginginkannya." (H.31)

"Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan." (H.49)

"Kadang apa yang kita dapatkan ini, diperoleh dari doa orang-orang yang menyayangi kita. Orang yang secara tulus mendoakan kita hingga Allah tak tega untuk tidak mengabulkannya." (H.54)

"Aku akan membuka pintu hati kalau pintu rumah sudah diketuk." (H.63)

"Saat kita bertanya alasan mengapa kita hidup, ada orang yang diam-diam menaruh harap pada kita. Hidup kita adalah alasan mereka untuk terus melanjutkan hidup dan bertahan sejauh ini. Salah satu orang itu adalah orangtua kita." (H.85)

"Proses memaafkan diri sendiri pada kenyataannya jauh lebih sulit daripada memaafkan orang lain. Karena orang lain bisa saja pergi dan menjauh, sementara kesalahan diri sendiri tetap ada dalam diri, setiap hari kutemui." (H. 94)

"Aku tahu kamu tidak benar-benar membutuhkan hasilnya tapi proses perjuangannya, kan?" (H.99)

"Orangtua yang bijaksana adalah mereka yang menyadari perannya jauh sebelum menjadi orangtua. Dan itu adalah kita, hari ini." (H.109)

"Terus melangkah, meski melelahkan, meski menyita perasaan. Tujuan itu tidak ke mana-mana. Jangan berhenti, nanti tidak sampai." (H.116)

"Hari ini, ujian yang hampir setiap hari datang di fase ini adalah ujian perasaan." (H.140)

"Selamat menjadi laki-laki, tugasmu adalah memberi bukti bukan janji." (H.147)

"Cinta hadir dalam bentuk kepedulian dan kekhawatiran yang sering kita keluhkan." (H.154)

"Perempuan mana pun ingin mendapatkan laki-laki yang paling bisa menghargai dan menghormatinya, bukan yang paling mencintainya, karena rasa cinta itu buah dari penghargaan dan penghormatan." (H.160)

"Bila besok kamu menjadi pasangan seseorang, biarkan dia memimpinmu tapi jangan biarkan dia menguasaimu karena hidup seseorang tidak ada dalam kuasa tangan manusia." (H.166)

"Orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat. Selebihnya hanyalah ujian. Kamu tidak pernah tahu siapa yang tepat sampai datang hari akad." (H.172)

"Pada akhirnya kita akan pulanh ke tempat kita bermula, kembali kepada (si)apapun yang kita sebut sebagai rumah. Di mana lelah kita berakhir dan kita membangun cinta." (H.177)

Meta morfillah

2 comments:

Text Widget