Judul buku: Potret Rasa
Penulis: Genkbooks
Penerbit: Indie Book Corner
Dimensi: 104 hlm; 13,5 x 19,5 cm
ISBN: 978-602-1599-58-7
Review buku ala meta:
Segi tampilan: Cover depannya sederhana, dan
kurang mencerminkan judulnya. Cover belakang, blurbnya menggunakan font
yang terlalu kecil, dan warna hitamnya kurang 'hidup'. Sehingga
terkesan redup dan kurang menarik. Font yang digunakan keseluruhan
menurut saya terlalu kecil dan rapat. Alangkah baiknya bila tidak
menggunakan font jenis berkait seperti itu, karena memicu
ngantuk--ditambah kertasnya agak buram.
Packaging keseluruhan, saya kurang suka karena buku ini mudah melengkung
sehabis dibaca (soft copy) dan akan mengurangi keawetan umur buku ini.
Segi isi:
Ada enam belas cerpen di buku ini. Saya akan ulas satu per satu menurut saya.
1. Gembel gombal
Ceritanya lucu, genrenya lebih ke teenlit. Tapi buat saya mudah tertebak, kurang kuat di twistnya, sehingga kurang menarik.
2. Kereta pembawa pesan
Ceritanya mengalir, dan satu-satunya cerita yang bersetting di luar
Indonesia. Menandakan penulisnya sudah meriset tentang setting.
Membacanya seperti mengajak kita berfantasi. Sayangnya, karena kurang
detail mengenai waktu dan zamannya, menurut saya logika ceritanya kurang
terjaga. Rasanya aneh, di zaman apartemen, telepon dan surat, ada
mitos yang melegenda dan dipercayai seperti itu.
3. 21.00
Memberi komentar pada karya sendiri, haha.. Agak sulit. Cerita ini
cukup oke twistnya, hanya alurnya kurang menjelaskan dengan kuat tokoh
"aku", sehingga masih menimbulkan logika cerita yang timpang.
4. Sekotak pensil warna
Ceritanya agak fantasi. Saya suka, hanya saja logika mengenai asal
muasal keajaiban pensil warnanya belum saya dapatkan. Terkesan, bahwa
tokoh si "Aku" yang agak sok tahu ini (lebih terasa pov 3, pengarang
tahu segalanya dibandingkan pov 1), bahkan kaget melihat gambar itu
menjadi nyata.
5. Sebut saja namanya, Dika
Saya kurang greget membacanya. Alur, setting dan penokohannya, kurang 'dapat'. Twistnya sih sudah menarik.
6. Pertemuan yang tertunda
Agak aneh.. Semua serba 'kebetulan' dalam cerita ini. Dan saya kurang
menyukai hal-hal yang bersifat kebetulan. Logika cerita, penjelasannya
mungkin harus lebih ditajamkan lagi.
7. I wanna go home
Konfliknya dapat, tapi terlalu cepat habis. Seperti petasan, "dor!" Lalu hilang.
8. Strawberry cake's love
Kalimat pembukanya kurang menarik, dan alurnya datar. Saya kembali
menemukan "kebetulan", dan terkesan english gitu. Sebenarnya ayah-anak
ini tinggal di mana? Kultur & settingnya kurang terlihat.
9. Mengejar waktu
Twistnya dapat. Simpel idenya, kurang didetailkan lagi aja. Lebih fokus ke alur aja soalnya.
10. Teta
Subjektifkah ini? Judulnya aja aku suka.. Ahhaha.. Idenya klise memang, tapi quotable dan menarik diksinya.
11. Waktu itu apa?
Baca cerita ini, kayak baca hikayat. Percakapannya menurutku kaku. Akan
lebih kece kalau dikemas dengan keseharian, inspiratif tapi terlalu
menggurui.
12. If you could see me now
Kalimat pembukanya kurang menarik & terasa sekadar 'tempelan'. Lebih sering "tell, not show". Twistnya dapat.
13. Takkan Lari, Cita Sita Dikejar
Satu-satunya cerpen yang genre humoris. Hanya saja, terlalu cepat. Jadi
kurang dapat punch linenya. Eeh maaf, ini bukan stand up comedy ya
(ʃ⌣ƪ)
14. Everlasting love
Alurnya kurang menarik, terlalu "tell, not show", terkesan sangat
menggurui. Dialog anak sekolah.. Kayaknya terlalu kaku & wise
banget hehe.
15. Berbahagialah di sana, Disa
Kalimat pembukanya kurang menarik. Karakter "aku" yang cowok itu kurang
kuat. Terkesan cowok melankolis, sentimentil yang agak lemah, masih ada
suara pengarangnya sebagai wanita.
16. Potret rasa
Isu yang dibawakannya, tentang Lesbi yang mampu mengubah haluan atau
orientasinya dengan cepat. Agak aneh menurutku, terlalu cepat. Dialognya
pun, ada yang terlalu puitis.
Secara keseluruhan isi, masih kurang dalam memotret atau
menggambarkan rasanya. Masih banyak typo, dan terkesan kurang 'niat'
editannya. Paling kentara di daftar isi.
Sepertinya banyak kekurangan dibanding kelebihan yang saya temukan di buku ini.
Nilai: 3 dari 5 bintang.
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment