Pages

16 April, 2014

[Surat] Selamat Jalan, Ibunda Fury

Kamu tahu?

Bidadari surga memiliki segala apa yang diinginkan wanita di dunia ini, tapi dia selalu mencemburui satu hal. Dia selalu mencemburui para ibu. Sebab mereka memiliki anak, baik yang lahir dari rahimnya atau pun yang dibesarkannya sepenuh hati dalam koridor Tuhannya. Anak-anak itu, adalah doa yang tak putus, amalan tiada henti. Walau terpisah raga oleh dimensi ruang dan waktu, nama para ibu selalu abadi dan dilantunkan dari masa ke masa oleh anak dan keturunan mereka. Sedang bidadari? Tidak ada yang mengagung-agungkan namanya.

Hari ini, 15 April pukul 13.00 WIB, seorang ibu hebat telah kembali ke sisiNya. Kembali bidadari akan cemburu. Ibunda Sri Purwanti, ibunda tercinta dari saudariku, sahabatku, Fury Wiri Sundari. Bercerita tentang ibunya, tentulah aku mengenal beliau dari cerita dan perilaku anaknya, Fury.

Sejak tahun 2007, kami berkenalan di kampus, lalu menjadi dekat di dalam sebuah ukhuwah yang dilabeli nama duckies. Lima wanita--termasuk aku--yang berusaha menapaki jalanNya. Khusus fury, entah mengapa, aku lebih dekat dengannya. Bukan karena kemiripan nama kami. Nama belakangku FURI, dan nama depan dia FURY. Sering kali kami berkelakar mengenai salah pengejaan nama kami, sebab memiliki arti yang berbeda. Hingga kami dijuluki duo furiy.

Kami semakin dekat dan menjadi sepaket tiap ada tugas kampus yang mengharuskan berkelompok. Aku yang suka menulis dan berada di balik layar, sangat klop dengan dia yang senang tampil dan berbicara. Kekuranganku, adalah kelebihan dia. Pun sebaliknya. Kami saling melengkapi. Walau kami juga sering kesal satu sama lain. Apalagi aku, mendengar suaranya yang melengking tinggi--khas anak priuk--terkesan seperti teriak-teriak dan sering membuat jantungku berdebar tak karuan, sungguh menyebalkan. Tapi di sanalah, kami menemukan arti ukhuwah. Walau sudah lama tak bersua, kami tak pernah kehilangan obrolan. Walau jarang bertemu, tapi kami selalu saling mendoakan. Saat kesusahan, kami saling mengingat dan menguatkan. Pun kesenangan.

Aku percaya, bahwa kebaikan-kebaikan seseorang adalah hasil didikan orang tuanya, terutama IBUnya. Dan terbukti benar. Aku bertemu ibunya kali pertama sehabis lebaran--tahunnya aku lupa. Itu acara silahturrahim ke rumah para duckies. Ibunya pandai memasak. Saat itu kami dimasakkan soto ayam, yang begitu enak. Ibunya lucu, lembut, ramah, dan pendiam. Kali kedua adalah saat wisuda kami. Kali ketiga--sekaligus kali terakhir aku melihatnya dalam keadaan sehat dan bernyawa--saat di Rumah Sakit Persahabatan, tempat beliau dirawat karena sakit kanker paru-paru stadium empat.

Setelah perjuangan melawan penyakitnya tanpa mengeluh, beliau akhirnya pergi. Semoga amal kebaikan semasa hidupnya, diterima di sisi Allah. Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan tawakkal menyikapi kepergiannya.

Fury sayang... saat kamu di posisi kehilangan, satu detik terasa satu jam. Entah mengapa jarum detik kian memanjang.

Fury sayang... boleh kamu menangis, melegakan hatimu, dadamu, walau mungkin rongga itu akan selalu ada dan tidak akan pernah tertutupi.. Tapi jangan sampai kamu antar kepergian ibunda dengan air mata. Jangan teteskan air matamu pada dirinya. Berikanlah senyuman terbaikmu, walau berat.. Sangat berat... Untuk tersenyum dalam keadaan sedih.

Fury sayang... Bila tidak ada pundak untuk bersandar, telinga yang sudi mendengar, maka bersujudlah dalam-dalam. Adukan semua pada Tuhan. Bicaralah padanya dan doakanlah ibunda dalam sujud panjangmu.


Salam sayang dari saudarimu,

PeluKiss..

 Meta

No comments:

Post a Comment

Text Widget