Kamu tahu?
Bidadari surga memiliki segala apa
yang diinginkan wanita di dunia ini, tapi dia selalu mencemburui satu
hal. Dia selalu mencemburui para ibu. Sebab mereka memiliki anak, baik
yang lahir dari rahimnya atau pun yang dibesarkannya sepenuh hati dalam
koridor Tuhannya. Anak-anak itu, adalah doa yang tak putus, amalan tiada
henti. Walau terpisah raga oleh dimensi ruang dan waktu, nama para ibu
selalu abadi dan dilantunkan dari masa ke masa oleh anak dan keturunan
mereka. Sedang bidadari? Tidak ada yang mengagung-agungkan namanya.
Hari
ini, 15 April pukul 13.00 WIB, seorang ibu hebat telah kembali ke
sisiNya. Kembali bidadari akan cemburu. Ibunda Sri Purwanti, ibunda
tercinta dari saudariku, sahabatku, Fury Wiri Sundari. Bercerita tentang
ibunya, tentulah aku mengenal beliau dari cerita dan perilaku anaknya,
Fury.
Sejak tahun 2007, kami berkenalan di kampus,
lalu menjadi dekat di dalam sebuah ukhuwah yang dilabeli nama duckies.
Lima wanita--termasuk aku--yang berusaha menapaki jalanNya. Khusus fury,
entah mengapa, aku lebih dekat dengannya. Bukan karena kemiripan nama
kami. Nama belakangku FURI, dan nama depan dia FURY. Sering kali kami
berkelakar mengenai salah pengejaan nama kami, sebab memiliki arti yang
berbeda. Hingga kami dijuluki duo furiy.
Kami
semakin dekat dan menjadi sepaket tiap ada tugas kampus yang
mengharuskan berkelompok. Aku yang suka menulis dan berada di balik
layar, sangat klop dengan dia yang senang tampil dan berbicara.
Kekuranganku, adalah kelebihan dia. Pun sebaliknya. Kami saling
melengkapi. Walau kami juga sering kesal satu sama lain. Apalagi aku,
mendengar suaranya yang melengking tinggi--khas anak priuk--terkesan
seperti teriak-teriak dan sering membuat jantungku berdebar tak karuan,
sungguh menyebalkan. Tapi di sanalah, kami menemukan arti ukhuwah. Walau
sudah lama tak bersua, kami tak pernah kehilangan obrolan. Walau jarang
bertemu, tapi kami selalu saling mendoakan. Saat kesusahan, kami saling
mengingat dan menguatkan. Pun kesenangan.
Aku
percaya, bahwa kebaikan-kebaikan seseorang adalah hasil didikan orang
tuanya, terutama IBUnya. Dan terbukti benar. Aku bertemu ibunya kali
pertama sehabis lebaran--tahunnya aku lupa. Itu acara silahturrahim ke
rumah para duckies. Ibunya pandai memasak. Saat itu kami dimasakkan soto
ayam, yang begitu enak. Ibunya lucu, lembut, ramah, dan pendiam. Kali
kedua adalah saat wisuda kami. Kali ketiga--sekaligus kali terakhir aku
melihatnya dalam keadaan sehat dan bernyawa--saat di Rumah Sakit
Persahabatan, tempat beliau dirawat karena sakit kanker paru-paru
stadium empat.
Setelah perjuangan melawan
penyakitnya tanpa mengeluh, beliau akhirnya pergi. Semoga amal kebaikan
semasa hidupnya, diterima di sisi Allah. Semoga keluarga yang
ditinggalkan tabah dan tawakkal menyikapi kepergiannya.
Fury sayang... saat kamu di posisi kehilangan, satu detik terasa satu jam. Entah mengapa jarum detik kian memanjang.
Fury
sayang... boleh kamu menangis, melegakan hatimu, dadamu, walau mungkin
rongga itu akan selalu ada dan tidak akan pernah tertutupi.. Tapi jangan
sampai kamu antar kepergian ibunda dengan air mata. Jangan teteskan air
matamu pada dirinya. Berikanlah senyuman terbaikmu, walau berat..
Sangat berat... Untuk tersenyum dalam keadaan sedih.
Fury
sayang... Bila tidak ada pundak untuk bersandar, telinga yang sudi
mendengar, maka bersujudlah dalam-dalam. Adukan semua pada Tuhan.
Bicaralah padanya dan doakanlah ibunda dalam sujud panjangmu.
Salam sayang dari saudarimu,
PeluKiss..
Meta
No comments:
Post a Comment