Pages

21 April, 2014

Rumit

"Cinta itu sederhana,
Hanya kamulah yang membuatnya rumit."

Itu yang kamu ucapkan kala aku menolakmu.

"Aku mencintaimu, biarlah, itu urusanku.
Bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu."

Kamu mengatakan kalimat penghibur hati untukku, yang sepertinya kamu kutip dari sebuah buku. Karena begitu jelas, lukamu terlihat saat mengatakannya. Hati dan mulutmu tak menyatu. Tapi aku memilih mempercayainya.

Mengapa?
Mengapa aku membodohi diriku sendiri?
Mengapa aku terkesan menjual mahal?
Mengapa aku menjauh dari sebentuk cinta yang kamu tawarkan?
Mengapa, mengapa, dan mengapa lainnya?

Bilang saja aku naif, munafik dan pengecut.
Aku terlalu sibuk menjaga perasaan dan hati-hati lainnya. Hingga lupa bagaimana membahagiakan hatiku. Begitu pun padamu. Aku terlalu takut menyakitimu. Padahal, tanpa sadar, perubahan perilakuku, sikap menghindarku justru menyakitimu.

Lantas, benarkah cinta sesederhana yang kamu bilang?
Jika cinta begitu membuatku rumit?
Benarkah cinta sesederhana hujan yang luruh ke bumi?
Benarkah cinta sesederhana tarikan nafas kita?
Benarkah cinta sesederhana tawa anak kecil, atas hal-hal yang bahkan tidak lucu?
Benarkah sesederhana itu?

Beritahukan letak kesederhanaannya padaku. Bentuk dan sudut-sudutnya yang membuatnya sederhana bagimu. Sebab bagiku, ini begitu rumit.

Atau, memang akulah kerumitan itu?

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget