Pages

10 March, 2014

Teguran yang indah

Perkataan yang baik itu benar isinya, indah caranya dan tepat waktunya.

Nah, kadang seringkali kita lupa akan tiga persyaratan di atas. Kebanyakan kita--termasuk saya--lebih menghakimi ketika mendengarkan atau malah berbangga diri menceritakan pengalaman sendiri. Duhaai.. Memang susah ya menjadi sempurnanya seorang hamba!

Eh tapi, tetap tidak boleh pesimis. Namanya juga berproses, salah wajar, tetap belajar. Ya kan, ya dong, benar kan, benar dong!

Kasus yang sering dijumpai, ketika teman kita berbuat salah, secepatnya kita menegurnya dengan mengatakan hal yang benar secara isi, namun lupa akan indahnya cara dan ketepatan waktu. Yang malah menyebabkan perselisihan. Hal ini pun pernah diriwayatkan di kisah imam. Sayangnya saya lupa nama, tapi ingat ceritanya. Garis besarnya seperti ini, suatu hari seorang imam yang saleh dan guru yang dihormati berkunjung ke tempat muridnya. Kebetulan saat itu, muridnya tengah mengajar anak-anak kecil lainnya di taman. Sat itu siang hari yang cukup terik. Sang murid yang mengajar berada di balik bayangan pohon, sedangkan anak-anak yang belajar itu berada di area yang tidak tertutupi bayangan pohon. Sang guru terpana, dan ingin menegur. Tapi tidak dilakukan saat itu juga. Beliau malah pulang tanpa diketahui muridnya. Lalu di malam hari, saat kebanyakan orang terlelap, sang guru kembali menemui muridnya dan menasihati muridnya dengan suara yang pelan sekali perihal kejadian siang sebelumnya. Setelah itu, sang guru pamit. Sang murid terkejut, ia tak habis pikir bahwa sang guru repot-repot di kala malam datang, hanya untuk berbisik menasihatinya. Maka bertanyalah ia, mengapa tidak ditegur saat siang tadi?
Apa jawaban sang guru?
"Aku tidak mau membuatmu malu di depan banyak orang. Dan ada adab menegur seseorang atas kesalahannya--baik yang dia sengaja atau pun tidak--yang sebaiknya dilakukan tanpa diketahui orang lain."

Duhaai, sungguh indah penggambaran perkara "menegur kesalahan orang lain di atas". Benar isinya, tepat waktunya dan indah caranya.

Mungkin memang, ada sebagian kita yang agak ndableg ketika ditegur halus, dan harus ditegur di hadapan orang lain agar ia malu dan mengubah tabiatnya yang kurang baik. Tapi sebelumnya, tetap cobalah bertabayyun (mengonfirmasi langsung ke orang yang bersangkutan, berdua, privasi) sebelum menegurnya di hadapan orang lain.

Sebab, hikmah tidak akan terambil bila tidak disampaikan dengan cara yang indah, tepat waktu, walau perkataan kita benar.

Aah.. Belajar lagi yuk!? Diri ini saja masih terlalu sering menggurui dan seperti paling benar. Astagfirullah 'aladziim..

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget