Pages

24 March, 2014

Tingkat kelucuan seseorang

Semakin lucu seseorang, sebenarnya semakin berat masalah yang dihadapinya. Ia sembunyikan dalam guyon & tawa. (ʃ⌣ƪ)

Pagi ini saya menuliskan kalimat itu sebagai status bbm, twitter dan facebook saya. Entah mengapa, banyak yang "merasa disindir", membenarkan, setuju, dan bertanya itu teori dari mana. Saya tersenyum simpul membaca ragam reaksi mereka. Saya hanya menjawab, itu hasil pengamatan dan pengalaman saya. Boleh jadi benar, boleh jadi tidak. Saya tak memaksanya untuk digeneralisasikan.

Lucunya adalah, dari respon yang begitu cepat, ternyata bolehlah saya berbangga diri sedikit karena hampir 80% teman saya merasa terwakili perasaannya dengan kalimat itu. Mereka sedang lucu-lucunya, kian lucu tiap hari karena sudah terlalu lelah untuk menangis. Sudah terlalu letih atas ujian hidupnya. Pelepasannya adalah menertawakan hidup mereka sendiri. Mohon dicatat, ini bukan sarkasme, melainkan belajar legowo dengan menjadikan semua ini lelucon, guyon, untuk menikmati hidup. Bukan membenci atau menantang kehidupan yang sedang lucu-lucunya.

Lalu, di ujung akhir percakapan, hampir semuanya bilang saya makin lucu. It means....??

Hahaa.. Yaa.. Semakin bertambah usia, saya menyadari memang saya semakin lucu dan terbuka. Tak malu-malu dalam mengungkapkan apa yang sedang saya pikirkan saat ini. Sederhana saja, saya hanya berpikir apa benar saya saja yang merasakan hal-hal itu. Hingga mengalir beragam tulisan-tulisan nyeleneh, kebanyakan curhat di blog saya. Herannya, banyak yang merasa "terwakili" oleh tulisan saya. Mereka ingin mengungkapkannya, namun tak pandai bermain kata. Itu alibi yang mereka ungkapkan pada saya. Saya sih tersenyum saja.. Sebab, dengan pernyataan mereka yang seperti itu, justru menguatkan saya. Menunjukkan kenyataan, bahwa bukan saya saja yang merasakan hal itu sendirian. Lalu dari kesadaran itu, muncullah pemahaman baru, yang sering membuat saya tersenyum sendiri. Itulah sebabnya, akhir-akhir ini, masalah yang saya hadapi kadang saya jadikan candaan saya. Sebab, lebih baik membuat tertawa dan lama-lama jadi biasa. Walau kadar kesulitannya masih tinggi, tapi ada secercah harapan, "ah, nanti juga pasti beres. Sudah berapa badai kamu lewati? Badai pasti berlalu, walau berlalunya setelah memporak-porandakan hidupmu".

Ya.. Itu saja. Tak ada maksud lain, dari ungkapan-ungkapan nyeleneh saya. Kadang kalimat saya bisa begitu bijak serius, kadang bisa begitu alay menyebalkan, kadang lucu menggemaskan. Yaah.. Namanya juga manusia, manusiawilah perasaan yang berubah-ubah. Makanya, ada iman.. Yang bantu menjaga hati yang mudah goyah. Maka, Tuhan tolong pegangi hati saya agar saya tak melanggar. Itu saja.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget