Pages

24 March, 2014

Ketika semua hanya wacana

Mulut kalian berbusa
Di sudut-sudut cafe mewah
Membahas persoalan yang sedang tren
Hingga bergelas-gelas kopi kalian pesan
Namun semua hanya berakhir tanpa solusi
Obrolan kalian hanya menjadi wacana
Menambah polusi suara dan kata-kata
Yang kian hari marak
Dan menambah muak

Sedang di suatu tempat di luar sana
Ada bayi-bayi yang menangis lapar
Orang berebut makan
Hingga saling bunuh-bunuhan
Bukan sekadar sinetron atau tontonan
Ini sungguhan!

Peduli apa kalian?
Dengan lembaran uang, kalian kira semua terselesaikan
Tunai sudah kewajiban
Jika mereka masih menderita
Itulah akibat kemalasan

Padahal mereka butuh perhatian
Konsistensi janji sederhana
Tak perlu muluk
Seperti janji yang tengah diobral saat ini
Di mana-mana
Bahkan semut pun enggan mengerubungi janji itu
Semut tahu mana manis yang asli
Mana yang palsu

Semua hanya wacana yang renyah diperdebatkan di meja-meja restoran
Tanpa perlu kita selesaikan
Toh segalanya urusan pemerintahan
Bisa kapiran bila kita ikut campur urusan
Ah.. Negeriku..
Bahkan tangan yang menuliskan kata-kata ini
Hanya meneruskan sebuah wacana
Lantas andilnya sedikit saja
Belum mengubah dunia

Poli trik?
Wacana...
Lagi-lagi wacana!


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget