Pages

04 March, 2014

Jangan cintai aku apa adanya

tak sulit mendapatkanmu,
karena sejak lama kaupun mengincarku.

Danu mengingat saat ia menembak Dian dahulu. Begitu mudah. Tidak sesulit mendapatkan wanita-wanita pendamping Danu dahulu. Sebab, Dian sudah begitu jelas menginginkan dirinya. Bukannya Danu GR, tapi itu terlihat dari perilakunya.

Bayangkan saja, jalan ke kantin kampus itu lebih dekat dari kelasnya, tapi Dian memilih memutar lewat tangga ujung jalan demi melewati kelas Danu. Tak jarang pula Danu memergokinya mencuri pandang ke arah Danu. Ditambah bisikan-bisikan teman-teman wanitanya yang menguatkan bahwa Dian memiliki rasa padanya. Ah, begitulah wanita. Rahasia namun dibicarakan, ya jadilah semua orang tahu rahasianya. Namanya rahasia umum. Mungkin Dian memilih teman yang salah saat ia curhat mengenai perasaannya ke Danu.

tak perlu lama-lama,
tak perlu banyak tenaga,
ini terasa mudah.

Sebenarnya Danu tak tertarik pada Dian. Dian bukanlah tipe Danu. Dibanding wanita-wanitanya dahulu, Dian hanya menang putih dan mungil. Tak cantik. Namun, Danu yang terkenal playboy dan baru saja putus dengan Tari--setelah kandasnya hubungan tiga tahun mereka--merasa tak tahan menjomblo.

Tak perlu lama-lama, tak perlu banyak tenaga, semuanya terasa mudah. Danu hanya menyapa lebih dulu, mengajak Dian makan ke kantin bareng, dan sehari kemudian mereka jadian.

Sungguh mudah. Tak menantang. Tapi, lebih baik sikat yang ada, daripada lama menjomblo. Itu pikiran egois Danu sebagai lelaki yang dikenal playboy di kampus.

kau trima semua kurangku,
kau tak pernah marah bila ku salah.

Waktu berlalu, tak terasa hampir setengah tahun mereka bersama. Danu mulai menunjukkan kebosanannya. Dian terlalu memujanya dan itu memuakkan. Danu berselingkuh dengan Elin, temannya Dian. Walaupun Dian tahu Danu berselingkuh dan salah, Dian tetap menganggap Danu baik. Dia tak pernah marah, atau pun menegur sikap Danu. Hingga Danu terang-terangan memeluk Elin di depan Dian dan membatalkan segala janji kencannya dengan Dian, memilih pergi bersama Elin. Dian tetap diam. Menganggap Danu miliknya, dan akan selalu begitu. Menyayanginya.

kau selalu memuji apapun hasil tanganku,
yang tidak jarang payah.

Danu tak pernah mau memutuskan wanitanya. Dia selalu berulah bila sudah bosan, agar kata putus keluar dari bibir sang wanita saja. Sebenarnya Danu ingin sekali putus, tapi melihat Dian yang begitu bodoh dalam memujanya, Danu kehabisan akal. Segala hal yang diminta Dian, ia abaikan. Pekerjaan kampus yang melibatkan mereka berdua--dalam organisasi, yang memperkenalkan mereka berdua di awalnya--seringkali Danu kerjakan asal-asalan. Dian tetap saja memujinya!

"Ini gila!" Pikir Danu.

Dian benar-benar tak mau memutuskannya. Apa lagi yang harus Danu lakukan agar Dian memutuskan dirinya yang semakin berulah? Pantang sekali baginya, kata "putus" terucap dari bibirnya.

Jangan cintai aku apa adanya,
jangan..
tuntutlah sesuatu,
biar kita jalan ke depan.

Dicintai sedemikian rupa membuat Danu merasa terlalu nyaman. Hingga Danu lelah menghadapi Dian. Bahkan hampir putus asa. Hubungan mereka kian dingin. Danu semakin cuek dan tak peduli pada Dian. Danu kian muak pada Dian yang terlalu mencintai dirinya apa adanya. Tak pernah wanita itu menuntut sesuatu pada dirinya. Bodoh sekali! Padahal, sebagai pasangan seharusnya Dian memberitahu bila ia salah, bukan membenarkan sikapnya yang keterlaluan.

Danu bosan padanya. Dian bukan wanita yang menantang dan menuntutnya untuk maju ke depan. Seperti masuk dalam zona nyaman yang tak membuatnya berkembang. Tidak seperti mantan-mantannya dahulu. Lalu hubungan Danu dan Dian kian hambar. Tak ada yang berani mengucapkan kata "putus" di antara keduanya.

Mungkin ini kutukan atas sikap playboynya yang seringkali menyakiti wanita-wanitanya terdahulu. Walau tak lagi cinta, mereka akan tetap jadi pasangan yang begitu-begitu saja. Tak akan ada kemajuan. Mereka saling menunggu sebuah kata. PUTUS.

Pada akhirnya, semua akan mendapatkan balasan, karma dan mentok. Mungkin Dian memanglah yang terbaik untuk Danu. Pun sebaliknya. Siapa yang lebih mengenaskan sebenarnya? Danu atau Dian?

Kita tertawakan saja kisah mereka. Sungguh bodoh!

*cerita lirik "Jangan cintai aku apa adanya" - Tulus

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget